Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

4 Gaya Parenting, Orangtua Perlu Tahu

KOMPAS.com - Meski mungkin tidak disadari, sebenarnya gaya parenting setiap orangtua selalu berbeda-beda.

Perbedaan gaya parenting ini pun tentu akan memberi dampak berbeda pada anak.

Mulai dari cara anak menghargai diri, hingga cara anak berhubungan dan bersosialisasi dengan orangtuanya maupun orang lain.

Untuk itu, ada baiknya orangtua mengetahui berbagai jenis gaya parenting yang dianutnya serta memahami dampaknya pada anak ke depannya.

Ada pun gaya parenting utama yang telah dikonfirmasi oleh para peneliti adalah berikut ini:

  • Otoriter
  • Otoritatif
  • Permisif
  • Tidak terlibat

Untuk lebih jelasnya, simak perbedaan keempat gaya parenting utama di atas berikut ini.

Gaya parenting otoriter

Jika merasa bahwa selama ini kita meyakini bahwa anak tidak perlu didengar dan tidak mempertimbangkan perasaan anak dalam memutuskan sesuatu, ada kemungkinan kita termasuk ke dalam orangtua yang otoriter.

Artinya, kita hanya percaya bahwa anak-anak harus mengikuti aturan yang kita buat, tanpa kecuali.

Orangtua yang menganut gaya parenting ini akan mengatakan, “karena ibu/ayah bilang begitu,” pada anak menanyakan alasan di balik suatu peraturan.

Orangtua macam ini tidak tertarik untuk bernegosiasi.

Mereka juga tidak akan mengizinkan anak-anaknya untuk terlibat dalam tantangan dan memecahkan masalah.

Sebaliknya, orangtua seperti ini akan membuat peraturan dan lebih mengutamakan hukuman, bukan kedispilinan.

Jadi, alih-alih mengajari anak cara membuat pilihan yang lebih baik, orangtua seperti ini memilih untuk membuat anak-anak merasa menyesal atas kesalahannya.

Anak-anak yang tumbuh dengan orangtua otoriter biasanya akan taat pada aturan, namun berisiko lebih tinggi mengalami masalah harga diri karena merasa pendapat mereka tidak akan dihargai.

Tak jarang, anak dengan orangtua otoriter juga menjadi agresif dan terlalu fokus untuk marah dirinya sendiri karena menganggap dirinya tidak mampu memenuhi harapan orangtua.

Lalu, karena orangtua otoriter umumnya tegas, anak-anak mereka bisa tumbuh menjadi pembohong yang baik guna menghindari hukuman.

Gaya parenting otoritatif

Jika kita selalu berusaha keras untuk menciptakan dan mempertahankan hubungan yang positif dengan anak, menjelaskan alasan di balik peraturan yang dibuat, namun tetap menetapkan aturan dan konsekuensi dengan tetap mempertimbangkan perasaan anak, maka kita mungkin menganut gaya parenting otoritatif.

Orangtua yang otoritatif akan memberi validasi perasaan anak-anaknya meski tetap menjelaskan bahwa orang dewasa yang akan memegang kendali pada akhirnya.

Kemungkinan, itulah yang membuat gaya parenting ini diyakini para ahli sebagai gaya parenting yang paling sehat dan efektif.

Lebih lanjut, orangtua yang otoritatif biasanya berfokus pada pencegahan masalah dan akan menggunakan strategi disiplin positif untuk memperkuat perilaku positif, seperti memberi pujian dan penghargaan.

Para peneliti pun menemukan, anak-anak yang memiliki orangtua seperti ini kemungkinan akan menjadi orang dewasa yang bertanggung jawab namun tetap nyaman membela diri dan mengungkapkan pendapat atau perasaaannya serta dapat membuat keputusan yang tepat.

Gaya parenting permisif

Sering menetapkan aturan pada anak namun jarang menegakkannya? Atau jarang memberikan konsekuensi pada anak saat ia melakukan kesalahan?

Jika iya, kemungkinan kita adalah orangtua yang permisif, dan hanya akan hanya turun tangan ketika ada masalah serius.

Orangtua seperti ini umumnya cukup pemaaf dan mengedepankan prinsip, “namanya juga anak-anak.”

Lalu saat membuat konsekuensi, kemungkinan orangtua seperti ini tidak akan membuat konsekuensi itu melekat dan bisa mengembalikan hak istimewa anak jika anak memohon atau berjanji menjadi lebih baik.

Orangtua yang permisif juga biasanya lebih mirip sebagai teman dan akan mendorong anaknya untuk “curhat” padanya.

Namun biasanya tidak berusaha keras untuk mencegah pilihan atau perilaku buruk anak.

Lalu, anak-anak yang tumbuh dengan orangtua permisif biasanya sedikit bandel dan memiliki masalah perilaku, karena tidak dibiasakan untuk menghargai otoritas dan aturan.

Harga dirinya pun cenderung rendah dan sering sedih.

Mereka juga berisiko lebih tinggi mengalami masalah kesehatan, seperti obesitas.

Sebab,  orangtua yang permisif sulit membatasi asupan makanan yang tidak sehat atau mendorong olahraga teratur dan kebiasaan tidur yang sehat.

Gaya parenting tidak terlibat

Terkadang, ada orangtua yang sulit atau sengaja tidak berkomunikasi dengan anak tentang sekolahnya atau tidak menghabiskan banyak waktu dengan anaknya sendiri.

Biasanya, orangtua seperti ini menggunakan gaya parenting tidak terlibat, di mana orangtua cenderung tidak tahu menahu tentang apa yang dilakukan anak-anaknya.

Lalu, meski ada beberapa aturan di rumah, anak-anaknya kemungkinan tidak menerima banyak bimbingan, pengasuhan, dan perhatian dari orangtuanya.

Intinya, orangtua seperti ini seakan mengharapkan anak-anaknya untuk membesarkan dan mengurus diri mereka sendiri.

Sehingga, orangtua seperti tidak mau mencurahkan banyak waktu atau tenaga untuk memenuhi kebutuhan dasar anak-anaknya.

Anak-anaknya pun cenderung memiliki masalah harga diri, berprestasi buruk, sering menunjukkan masalah perilaku dan kurang bahagia.

https://lifestyle.kompas.com/read/2023/02/13/190921520/4-gaya-parenting-orangtua-perlu-tahu

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke