Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Membongkar 6 Mitos tentang Selingkuh dari Perspektif Psikolog

Perselingkuhan tidak hanya menghancurkan asmara atau pernikahan yang dibangun namun juga harga diri seseorang.

Perilaku tidak setia ini juga bisa berdampak buruk dalam jangka panjang pada pasangan atau anak-anak yang jadi korbannya.

"Perselingkuhan adalah salah satu alasan utama orang menemui terapis, baik sendiri atau bersama pasangan," kata Marty Klein, Ph.D., psikoterapis asal AS.

6 mitos tentang selingkuh

Klein mengatakan kebanyakan orang mengira paham soal isu perselingkuhan dan apa yang harus dilakukan ketika mengalaminya.

Padahal pemahaman itu sering kali berkembang dari mitos yang selama ini diketahui saja.

"Tetapi ketika itu benar-benar terjadi dalam kehidupan seseorang, mereka perlu membuang mitos umum tentang hal itu dengan cepat," ujar pria yang merupakan terapis seks ini

Berikut adalah uraiannya soal mitos selingkuh yang bisa menyesatkan sikap kita.

Kewaspadaan bisa mencegah perselingkuhan

Klein mengatakan tidak ada jaminan apa pun untuk memastikan pasangan kita setia meskipun hubungan terasa menyenangkan, seks amat memuaskan dan komunikasi berjalan lancar.

Tindakan waspada seperti memeriksa ponsel pasangan, mengecek GPS, hingga menyewa detektif swasta juga tidak akan ampuh mencegah perselingkuhan.

"Jika pasangan Anda akan selingkuh, mereka akan melakukannya," tandas Klein.

Perselingkuhan tidak selalu tentang seks

Alasan lain orang selingkuh adalah kemarahan, kebutuhan untuk membuktikan bahwa mereka menarik atau awet muda, kebutuhan akan kasih sayang atau sentuhan, kebutuhan untuk merasa dicintai, dan kebutuhan untuk membuktikan otonomi mereka.

Ada juga dinamika situasional bagi sebagian orang yang merasa tidak mencari peluang selingkuh namun enggan menolak godaan tersebut.

"Apa yang sering dikatakan oleh pasangan yang berkhianat kepada saya adalah bahwa manfaat utama perselingkuhan adalah perasaan didengarkan, atau penting, atau waras," terang Klein.

Peselingkuh biasanya pecandu seks

Mitos ini tidak bisa dipertanggungjawabkan karena kondisi kesehatan mentalnya sebenarnya memiliki diagnosis yang berbeda.

Klein mengatakan, berselingkuh mungkin merupakan cara seseorang dengan gangguan kepribadian ambang menavigasi situasi kehidupan yang penuh tekanan.

Bisa jadi mereka sebenarnya mengidap depresi, kecemasan, atau bipolar, yang tidak ditangani dengan baik.

"Biasanya karena mereka tidak ingin menghadapi hidup tanpa penipuan, pemuasan diri, dan penyangkalan yang akan berhenti melindungi mereka dari kenyataan yang tidak ingin mereka hadapi," terangnya.

Jika perselingkuhan itu telah terbongkar memang akan sangat lebih baik untuk mengakuinya karena kebohongan lainnya hanya akan memperumit suasana.

Upaya terus menutupinya juga cenderung membuat peselingkuh sulit mendapatkan kepercayaan di masa depan.

"Membuka topik soal memiliki, mengakhiri, atau mempertimbangkan perselingkuhan bisa menjadi cara ampuh untuk memulai percakapan tentang keinginan memperbaiki hubungan," pesan Klein.

Sekali selingkuh akan tetap selingkuh

Survei memperkirakan orang yang pernah selingkuh berisiko tiga kali lebih tinggi melakukannya pengkhianatan itu lagi, dibandingkan yang belum pernah.

"Di sisi lain, pengalaman klinis saya adalah bahwa banyak peselingkuh yang hancur karena hasil penemuan perselingkuhan tersebut," urai Klein.

Baik karena kesedihan pasangannya, rasa malunya sendiri, atau keduanya.

Namun ada proses yang harus dijalani agar perilakunya bisa berubah sehingga lebih berkomitmen pada pasangannya.

"Jika mereka muncul dengan pemahaman baru tentang diri mereka sendiri, atau tentang keintiman, atau tentang pengkhianatan, maka mereka berada dalam posisi untuk berkomitmen pada kesetiaan."

Namun ada juga yang berulang kali melakukannya dan tidak bisa mengalami kebangkitan spiritual itu.

Pertama, hubungan dengan komunikasi buruk, ekspektasi rendah, ada tekanan keluarga atau budaya untuk tetap bersama serta ketergantungan finansial atau lainnya.

Pasangan seperti ini bahkan enggan memperbaiki pernikahannya meskipun perselingkuhan terjadi.

"Jenis hubungan kedua yang selamat dari perselingkuhan hampir merupakan kebalikan dari yang pertama," tambahnya.

Hubungan ini terdiri dari pasangan yang berusaha keras memahami apa yang terjadi dan penyebabnya.

Pada titik tertentu, mereka mulai mendengarkan satu sama lain sehingga mencapai komitmen yang baru.

https://lifestyle.kompas.com/read/2023/03/09/115453820/membongkar-6-mitos-tentang-selingkuh-dari-perspektif-psikolog

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke