Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

7 Kesalahan Orang Mengartikan Love Language

KOMPAS.com - Ada begitu banyak cara menunjukkan cinta kasih kepada pasangan, salah satunya dengan love language.

Tapi sayangnya, pakar hubungan mengatakan masih banyak kesalahan orang dalam mengartikan love language atau biasa dikenal dengan bahasa cinta.

Gary Chapman memperkenalkan konsep bahasa cinta lebih dari tiga puluh tahun yang lalu dalam bukunya "The Five Love Languages: How to Express Heartfelt Commitment to Your Mate."

Di buku itu, dia menguraikan lima cara orang biasanya memberi dan menerima cinta seperti acts of services, words of affirmation, quality time, receiving gifts, dan physical touch.

Menurut Jodie Milton, pakar hubungan yang berbasis di AS, ide awalnya love language diperuntukkan agar pasangan bisa memahami kebutuhan untuk merasa dicintai dan mencintai.

Tapi dalam praktiknya masih ada saja kesalahpahaman dalam memaknai love language. Apa saja?

Dengan love language, masing-masing pasangan bisa saling berkomunikasi dengan baik, mengetahui kebutuhan pasangan, berbicara dari hati ke hati sampai menjalin hubungan yang baik pula.

Tapi jika ada kesalahan dalam memaknainya, bisa jadi esensi love language justru tidak tercapai dengan baik. Berikut sederet kesalahan orang dalam memaknai bahasa cinta sebagaimana dilansir dari laman Today.

1. Menganggap semua love language itu sama

Adora Winquist, seorang penulis, pakar cinta dan hubungan yang berbasis di AS mengatakan bahwa banyak orang beranggapan pasangan mereka ingin menerima cinta dengan cara yang sama.

Padahal masing-masing individu tentunya punya love language yang berbeda. Bahkan beberapa orang mungkin memiliki lebih dari satu bahasa cinta.

Tapi ketika orang menganggap pasangannya punya love language yang sama, hal tersebut bisa membuat pasangan merasa tidak didengar dan mungkin merasa tidak dicintai.

Maka dari itu, tanyakan padanya apa yang membuat si dia merasa dicintai dan mencintai agar tidak terjadi kesalahpahaman. 

2. Tidak mempelajari bahasa cinta pasangan kita

Memahami bahasa cinta pasangan sama pentingnya dengan memahami bahasa cinta yang kita miliki.

Winquist sering menemukan bahwa klien-nya begitu sibuk pada kebutuhan mereka sendiri sehingga mereka tidak meluangkan waktu untuk bertanya kepada pasangannya apakah kebutuhan mereka terpenuhi atau tidak.

Padahal kebanyakan dari kita pasti memiliki kebutuhan berbeda, karena itu penting bagi pasangan untuk saling memahami atau mempelajari bahasa cinta pasangan. 

3. Hadiah untuk si receiving gifts harus mahal

Hadiah untuk para pemilik love language receiving gifts kerap diasosiasikan sebagai sesuatu yang mahal.

Padahal faktanya, mereka tidak memikirkan seberapa mahal barang yang diterima, melainkan niat dan atau usaha dari pasangannya yang akan lebih dihargai.

Justru pemberian-pemberian kecil bisa berdampak besar pada sebuah hubungan asalkan saat memberinya tanpa paksaan atau tidak dipaksakan.

4. Love language tetap membutuhkan komunikasi yang baik

Kebanyakan love language sering digambarkan dengan sebuah upaya, tapi tanpa komunikasi yang baik antar pasangan, maksud dan tujuan itu tidak akan tercapai.

Sebagai gambaran jika pasangan kita memiliki love language quality time, selalu ada di sampingnya tanpa sebuah obrolan yang seru tentu tidak akan berdampak apa-apa.

Sangat penting bagi pasangan untuk menjalin komunikasi yang baik, berkata jujur tentang bagaimana cara dia mengungkapkan cinta.

5. Sentuhan fisik tidak sama dengan mesum

Pemilik bahasa cinta physical touch juga kerap digambarkan sebagai seseorang yang mesum atau selalu berhubungan dengan keintiman seksual.

Padahal faktanya, keintiman dalam sebuah itu lebih dari sekedar seks. Physical touch sebenarnya juga cukup sederhana.

Setidaknya setiap sentuhan yang diberikan bisa bermakna bahwa kita peduli, perhatian dan memberikan rasa hormat dan menunjukkan kasih sayang kepada pasangan.

6. Bahasa cinta mungkin dapat berubah

Kemungkinan besar bahasa cinta yang dimiliki pasangan dapat berubah seiring waktu.

Mungkin di awal pacaran pasangan kita memiliki bahasa cinta words of affirmation, tetapi ketika sudah menikah dia lebih membutuhkan physical touch atau quality time.

Inilah gunanya bahwa kita perlu memahami love language pasangan karena mungkin saat ini kebutuhan akan perasaan dicintai dan mencintai sudah berubah. 

7. Love language tidak hanya memberi, tetapi juga harus ada timbal balik

Ya, anggapan ini benar adanya. Seperti layaknya sebuah hubungan tentu harus ada timbal balik.

Memberi dan menerima cinta harus dalam porsi yang sepadan atau seimbang. Meski kita memahami bahasa cinta pasangan, bukan berarti hanya kita atau hanya si dia yang selalu berusaha.

Kedua pasangan harus saling mengomunikasikan hal tersebut sesuai dengan kebutuhannya masing-masing agar terjalin timbal balik dalam hubungan tersebut.

https://lifestyle.kompas.com/read/2023/03/15/134239920/7-kesalahan-orang-mengartikan-love-language

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke