Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Pencinta Kucing Lebih Emosional, Benarkah?

KOMPAS.com - Sudah banyak dipahami, keberadaan hewan peliharaan memang dikenal dapat meredakan stres.

Ketika kita menyentuh anjing, atau bahkan melakukan kontak mata dengan anjing, tubuh kita memproduksi oksitosin, atau dikenal sebagai "hormon cinta" yang membuat kita merasa hangat dan nyaman.

Namun, sebagian besar penelitian tentang hewan dan emosi melibatkan manusia dan anjing. Lantas, bagaimana dengan kucing?

Sebuah penelitian terbaru yang melibatkan manusia dan kucing di sebuah kampus menunjukkan kucing memang dapat mengurangi stres pada beberapa orang.

Menariknya - penelitian ini juga menemukan bahwa pada pencinta kucing (ketimbang anjing) cenderung memiliki skor yang lebih tinggi dalam skala yang mengukur emosi.

Penelitian di tahun 2022 yang diterbitkan di Anthrozoös tersebut dilakukan dengan menggunakan mahasiswa dan karyawan dari kampus Washington State University, sebagai responden.

Setiap partisipan manusia memiliki beberapa data demografis yang dikumpulkan oleh para peneliti, termasuk usia, identitas gender, dan apakah mereka seorang siswa atau karyawan di kampus tersebut.

Selain informasi itu, para responden juga ditanyai tentang pengalaman mereka dengan hewan, termasuk apakah mereka takut terhadap kucing, apakah mereka alergi terhadap kucing, dan apakah mereka akan memilih kucing atau anjing untuk melakukan penelitian ini.

The Big 5

Tim menentukan ciri-ciri kepribadian mereka dalam hal emosi menggunakan teori yang disebut The Big 5.

The Big 5 dikembangkan pada tahun 1980 sebagai cara untuk menyediakan kerangka kerja umum dalam meneliti kepribadian.

Kita mungkin pernah mengikuti ujian seperti ini ketika melamar pekerjaan, atau pada awal bekerja dengan terapis baru atau ahli kesehatan mental atau perilaku.

Sifat-sifat yang diukur di sini meliputi keterbukaan, neurotisisme, kesukaan bersepakat, ekstraversi, dan ketelitian.

Nah, orang yang memiliki nilai sangat tinggi atau sangat rendah dalam skala untuk sifat-sifat tertentu mungkin lebih emosional, atau lebih mudah dikuasai oleh emosi mereka.

Hasil penelitian

Lantas, kita kembali pada topik yang sedang dibahas dalam penelitian ini.

"Kami menemukan bahwa orang-orang yang berada di ujung skala yang lebih tinggi secara signifikan lebih tertarik untuk berinteraksi dengan kucing di kampus," kata salah satu penulis dalam riset ini, Patricia Pendry, kepada Science Daily.

"Mengingat bahwa penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa orang-orang seperti itu mungkin lebih terbuka untuk membentuk keterikatan yang kuat dengan hewan, masuk akal jika mereka ingin kucing diikutsertakan dalam program-program ini."

Penelitian sebelumnya memang menunjukkan bahwa orang yang memiliki emosi yang lebih tinggi lebih tertarik pada hewan secara umum.

Dalam kasus penelitian ini, yang bertujuan untuk melihat potensi ketertarikan pada program penghilang stres yang melibatkan hewan, tim menemukan minat yang sangat besar pada kemungkinan tersebut.

Fakta bahwa mereka melibatkan kucing, yang sering diabaikan dalam dunia penelitian, merupakan langkah besar menuju lebih banyak penelitian tentang kucing di masa depan.

Juga, riset lanjutan tentang topik ini bakal mengakui pentingnya ikatan antara manusia dan kucing yang telah terbangun selama ribuan tahun.

https://lifestyle.kompas.com/read/2023/03/20/170000920/pencinta-kucing-lebih-emosional-benarkah-

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke