Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Pemanis Buatan dalam Makanan dan Efek Buruknya pada Metabolisme Tubuh

Namun, industri makanan telah menemukan cara lain untuk memberikan konsumen makanan manis lewat pemanis buatan (artificial sweetener) maupun pengganti gula (sugar substitute).

Secara diam-diam, pemanis buatan seperti sukralosa, stevia, allulosa, eritritol, dan berbagai macam lainnya dimasukkan ke dalam banyak makanan kemasan untuk menggantikan gula.

Bahkan selama beberapa dekade, pemanis rendah dan nol kalori juga telah digunakan dalam minuman ringan diet.

Tetapi, sekarang perusahaan makanan menambahkannya ke dalam semakin banyak makanan kemasan, termasuk roti, yogurt, oatmeal, muffin, sup kalengan, saus salad, bumbu, hingga camilan.

Menurut analisis dari sebuah perusahaan riset pasar bernama Mintel, jumlah produk makanan yang mengandung pengganti gula rendah atau tanpa kalori telah melonjak dalam lima tahun terakhir.

Industri makanan mengatakan bahwa pengganti gula membantu orang mengelola berat badan dan mengurangi asupan gula tambahan.

Sayangnya, penelitian menunjukkan bahwa pemanis ternyata memiliki efek yang tidak terduga pada kesehatan usus dan metabolisme tubuh.

Ini juga berdampak meningkatkan keinginan makan dan resistensi insulin, yang merupakan prekursor diabetes tipe 2.

Pengaruh pemanis buatan pada metabolisme

Para ilmuwan dulu berpikir bahwa pemanis non-nutrisi seperti pemanis buatan sebagian besar bersifat inert, atau hanya mengaktifkan reseptor manis di lidah kita dan melewati tubuh kita tanpa menyebabkan perubahan metabolisme.

Namun, masih ada pertanyaan tentang efek kesehatan dari mengonsumsi bahan-bahan ini dalam jumlah besar.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pun memperingatkan orang-orang untuk membatasi asupan pemanis buatan karena berpotensi menimbulkan efek jangka panjang yang tidak diinginkan, termasuk efek yang merugikan kesehatan usus dan metabolisme.

Robert Rankin, direktur eksekutif Calorie Control Council, sebuah kelompok industri, menentang klaim yang menyatakan bahwa pemanis buatan memiliki risiko kesehatan.

"Bukti menunjukkan bahwa pemanis rendah dan tanpa kalori adalah alternatif yang aman dan efektif untuk gula tambahan," katanya seperti dikutip dari The Washington Post.

"Ini juga dapat digunakan sebagai bagian dari diet seimbang untuk membantu konsumen mencapai tujuan diet, baik itu mengelola berat badan atau diabetes, mengurangi konsumsi gula tambahan, atau mengurangi asupan kalori total," sambung dia.

Studi ini menemukan bahwa pemanis buatan dapat menyebabkan perubahan pada fungsi dan komposisi mikrobioma usus partisipan yaitu komunitas bakteri, virus, dan jamur yang hidup di usus.

Padahal, mikroba dalam usus kita memainkan banyak peran penting, salah satunya adalah mengubah makanan yang kita makan menjadi enzim, hormon, dan vitamin.

Ketika kita mengonsumsi makanan kaya serat yang bergizi seperti buah-buahan, sayuran, dan kacang-kacangan maka mikroba usus akan menghasilkan senyawa yang dapat mengurangi peradangan dan memiliki efek menguntungkan lainnya bagi kesehatan tubuh secara keseluruhan.

Tetapi, Suez dan rekan-rekannya menemukan bahwa pemanis buatan dan pengganti gula dapat mengubah mikrobioma dengan cara yang merugikan kesehatan metabolisme tubuh.

Sebagai contoh, dua pemanis buatan, yakni sakarin dan sukralosa, ternyata mampu memperburuk kontrol gula darah partisipan dalam studi.

Selain itu, beberapa partisipan lain memiliki respons yang lebih dramatis terhadap pemanis buatan dengan menunjukkan bahwa senyawa ini mungkin memiliki efek yang berbeda pada orang yang berbeda.

Di sisi lain, penelitian laboratorium lainnya juga menunjukkan bahwa minuman yang mengandung sukralosa dapat meningkatkan resistensi insulin yang merupakan prekursor diabetes.

Dampak buruk lainnya dari pemanis buatan

Tidak hanya memengaruhi metabolisme dan resistensi insulin, para ilmuwan juga menemukan efek mengejutkan dari pemanis buatan pada otak dan selera makan kita.

Reseptor rasa manis di lidah memberi tahu otak bahwa kita sedang makan sesuatu yang manis.

Hal ini mengirimkan sinyal ke otak dan tubuh bahwa ada banyak kalori yang masuk.

Berikut adalah beberapa dampak buruk lainnya dari pemanis buatan:

  • Dampaknya pada otak

Dalam sebuah uji klinis yang dipublikasikan di JAMA Network Open, para peneliti menemukan bahwa mengonsumsi minuman yang mengandung sukralosa dapat meningkatkan keinginan makan pada wanita dan orang dengan obesitas.

Pada saat yang sama, penelitian pada hewan menunjukkan bahwa rasa manis, baik dari gula maupun pemanis buatan, dapat memiliki efek yang kuat pada pusat penghargaan otak.

Ketika diberi pilihan antara kokain atau air yang dimaniskan dengan sakarin, tikus hampir selalu memilih minuman yang dimaniskan dengan pemanis buatan.

Penelitian juga menunjukkan bahwa reseptor rasa dan kemauan kita dapat dengan mudah dikuasai oleh rasa yang sangat manis, bahkan jika rasa tersebut berasal dari pemanis buatan.

  • Memengaruhi berat badan dan kesehatan jantung

Para ilmuwan mengatakan bahwa sulit untuk sepenuhnya memahami efek kesehatan dari semua pengganti gula ini. Salah satu alasannya adalah karena jumlahnya sangat banyak.

Studi observasi pun menunjukkan bahwa orang yang mengonsumsi banyak pemanis rendah kalori memiliki tingkat obesitas dan penambahan berat badan yang lebih tinggi.

Namun, hal ini mungkin merupakan kasus kausalitas terbalik, karena orang yang berisiko mengalami obesitas lebih cenderung memilih makanan dan minuman diet.

Uji klinis yang paling ketat menunjukkan bahwa ketika orang mengganti minuman manis dengan minuman dengan pemanis buatan seperti diet coke, hal ini membantu mereka menghindari kenaikan berat badan.

Selama bertahun-tahun, pemanis buatan juga diklaim dapat menyebabkan kanker, yang sebagian besar berasal dari penelitian awal pada hewan pengerat.

Namun American Cancer Society mengatakan bahwa tidak ada bukti yang jelas bahwa pemanis ini, pada tingkat yang biasanya dikonsumsi dalam makanan manusia, bisa menyebabkan kanker.

Kendati demikian, pemanis buatan tetap dapat memiliki efek lain yang mengkhawatirkan.

Sebuah penelitian besar yang diterbitkan di BMJ menemukan bahwa asupan pemanis buatan yang tinggi meningkatkan risiko masalah kardiovaskular seperti stroke dan penyakit jantung koroner.

Studi lain yang diterbitkan di Nature Medicine mengaitkan pengganti gula eritritol dengan tingkat serangan jantung dan stroke yang lebih tinggi.

Para peneliti pun menemukan bahwa ketika orang mengonsumsi eritritol dalam jumlah yang biasa ditemukan dalam makanan olahan, eritritol akan bertahan dalam sistem tubuh selama berhari-hari dan berpotensi meningkatkan pembekuan darah.

https://lifestyle.kompas.com/read/2023/03/25/033331220/pemanis-buatan-dalam-makanan-dan-efek-buruknya-pada-metabolisme-tubuh

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke