Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

5 Tradisi Unik Dunia Saat Ramadhan, Bunyi Meriam hingga Makanan Lokal

KOMPAS.com - Bulan Ramadhan kerap diwarnai dengan serangkaian tradisi unik dari berbagai belahan dunia.

Tradisi unik itu sebagian besar mencerminkan semangat dan solidaritas di antara umat Muslim dalam menyambut bulan Suci.

Beberapa tradisi yang terkenal di antaranya adalah menyalakan bunyi khusus saat berbuka, menerangi malam dengan lentera hingga tradisi membangunkan sahur.

Tradisi unik menyambut Ramadhan

Melansir laman National Geographic, berikut adalah beberapa tradisi unik yang dilakukan umat Muslim di banyak negara selama bulan Ramadhan.

1. Bunyi suara meriam saat berbuka puasa

Pada akhir puasa sekaligus awal Ramadhan disambut dengan dentuman meriam. Meriam antik yang ditembakkan polisi menandai buka puasa saat matahari terbenam.

Meski asal-usul tradisi bunyi meriam masih belum diketahui dengan tepat, tetapi semua cerita mengarah ke Kairo, Mesir.

Tradisi menyalakan meriam saat berbuka puasa berasal dari kisah sultan Dinasti Mamluk di abad ke-15.

Pada saat itu, dia kerap menguji sebuah meriam yang diberikan kepadanya, kemudian menembakkan ke udara saat matahari terbenam selama Ramadhan.

Konon, masyarakat Kairo menduga kalau bunyi dari meriam itu disengaja untuk menandakan waktu berbuka puasa. Padahal sebenarnya hanya sebuah kebetulan saja.

Melihat tanggapan masyarakat atas aksi kebetulan tersebut, sultan Kairo kemudian memerintahkan peluru meriam ditembakkan setiap hari saat matahari terbenam untuk menandai buka puasa.

Amunisi aktif meriam sungguhan digunakan hingga tahun 1859, hingga akhirnya tergantikan dengan petasan atau kembang api karena lebih disukai.

Tradisi ini pertama kali menyebar ke Levant, kemudian ke Baghdad pada akhir abad ke-19, akhirnya mencapai negara-negara Arab di Teluk Persia dan Afrika Utara.

2. Membangunkan sahur

Selama Ramadhan, seorang masaharati ditugaskan berjalan-jalan saat dini hari untuk membangunkan umat Islam agar makan sahur sebelum matahari terbit.

Masaharati merupakan sebutan untuk seseorang yang membangunkan orang-orang Muslim untuk bangun dan makan sahur.

Mereka kerap memainkan alat musik seperti seruling atau menabuh gendang dan berkeliling membangunkan orang-orang di sekitarnya.

Konon, masaharati pertama adalah Utbah bin Ishaq, seorang gubernur Mesir dari abad ke-7. Dia sering berjalan-jalan di kawasan Kairo para malam hari sambil berseru “Hamba-hamba Allah, sahurlah, karena ada berkah dalam sahur.”

Seiring waktu, profesi tersebut menyebar ke negara lain, dengan nama, cara dan mungkin menggunakan melodi yang berbeda.

Di Maroko, pekerjaan ini disebut naffar yang menggunakan terompet untuk membangunkan orang. Sedangkan di Yaman, masaharati membangunkan orang rumah dengan cara mengetuk pintu ke pintu.

Di Levant, peran itu begitu populer sehingga setiap lingkungan memiliki masaharatinya sendiri yang berkeliaran di jalanan, menabuh genderang dan langsung berbicara kepada para penghuni rumah, “Bangun, tidur, tidak ada Tuhan selain Allah yang kekal.”

3. Lentera selama Ramadhan

Suasana malam saat Ramadhan di sejumlah negara selalu diterangi oleh kehadiran lentera khusus berdesain bulan sabit dan bintang yang menjadi simbol Islam.

Lentera-lentera ini biasanya ditempatkan di tempat ramai, seperti pasar malam, kafe, jalan-jalan yang mana kehadiran lentera ini dapat menciptakan suasana meriah dan ceria.

Setiap negara pun sebetulnya memiliki gaya dekorasi sendiri untuk Ramadhan. Misalnya di kawasan Kairo, Mesir, lentera seringkali dihiasi dengan kain warna-warni.

Di Afrika Utara seringkali didominasi oleh lentera dengan desain dari Arab, sementara di negara-negara Teluk, lampu berwarna dan ornamen bintang dan bulan sabit seringkali menerangi pusat perbelanjaan dan tiang lampu.

Di sejumlah wilayah lainnya, dekorasi berwarna hijau, kuning, ungu dan biru kehijauan cukup mendominasi setiap dekorasi yang dipasang.

Warna-warna tersebut melambangkan spiritualitas yang ditingkatkan selama Ramadhan.

4. Banyak perjamuan

Di bulan Ramadhan pemandangan perjamuan untuk amal cukup sering terlihat dan sudah menjadi tradisi di banyak negara.

Misalnya di Mesir, jamuan amal sering diadakan di lingkungan perumahan. Setiap orang berpartisipasi untuk menyumbangkan makanan apa saja yang nantinya dinikmati saat buka puasa bersama.

Di Arab Saudi juga demikian, jamuan besar sering diadakan di masjid-masjid termasuk Masjidil Haram, Mekkah dan Masjid Nabawi di Madinah.

Sementara itu di kawasan Uni Emirat Arab lainnya, selama Ramadhan terlebih menjelang waktu berbuka, meja-meja darurat kerap digelar beserta tendanya.

Tenda-tenda ini nantinya akan diisi banyak makanan yang didanai oleh badan amal atau para dermawan dan dipergunakan sebagai jamuan buka puasa bersama. 

5. Identik dengan kurma dan makanan tradisional

Bulan Ramadhan sepertinya kurang lengkap tanpa kehadiran buah kurma sebagai hidangan pembuka.

Ya, kurma sangat identik dengan momen Ramadhan, karena Nabi Muhammad SAW gemar berbuka puasa dengan kurma dan air.

Praktik ini kemudian diikuti oleh umat Islam selama berabad-abad sampai saat ini.

Sebetulnya kurma merupakan buah yang tinggi gula, potasium, magnesium dan serat. Nutrisi tersebut sangat ideal jika dijadikan makanan saat berbuka.

Di samping itu, Ramadhan di banyak negara juga selalu dimeriahkan dengan kudapan tradisional yang mungkin tidak pernah kita lihat sebelumnya.

Bila di Indonesia, coba saja tengok pasar-pasar kaget yang tiba-tiba berjualan di sore menjelang berbuka puasa.

Di sana akan tersedia banyak variasi makanan tradisional khas daerah yang dijajakan dan bisa dinikmati sebagai menu berbuka puasa.

https://lifestyle.kompas.com/read/2023/03/26/030300420/5-tradisi-unik-dunia-saat-ramadhan-bunyi-meriam-hingga-makanan-lokal

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke