Walau begitu para pakar dalam lembaga IARC tersebut tidak mengubah batas maksimal konsumsi harian aspartam, yaitu 40 miligram per kilogram berat badan untuk orang dewasa.
"Klasifikasi ini sebagai peringatan untuk masyarakat, bukan larangan untuk konsumsinya. Jika dikonsumsi dalam jumlah sedang, maka aman,"kata profesor nutrisi dari Amerika Serikat, Barry Popkin, menanggapi hasil tersebut.
Aspartam merupakan pemanis buatan yang sudah digunakan sejak tahun 1980-an. Produk ini lebih manis dari pada gula.
Ada berbagai jenis produk makanan dan minuman yang mengandung aspartam, misalnya saja seral, minuman soda diet, es krim, permen karet, kopi instan, hingga beberapa jenis obat-obatan.
Berbeda dengan IARC, badan keamanan obat dan pangan Amerika (FDA) menyebut bahwa para ilmuwan di badan ini tidak menganggap aspartam berbahaya selama digunakan untuk kondisi tertentu.
Di Indonesia, aspartam merupakan salah satu jenis pemanis buatan yang boleh digunakan untuk makanan dan minuman. Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) menyatakan, hingga saat ini penggunaan aspartam di Indonesia masih diperbolehkan.
Aturan penggunaan aspartam tertulis dalam regulasi bahan pangan pemanis buatan Peraturan BPOM Nomor 11 tahun 2019 tentang Bahan Tambahan Pangan. "BPOM saat ini masih mengizinkan aspartam sebagai pemanis buatan dalam produk pangan," ujar BPOM, saat dikonfirmasi Kompas.com, Minggu (16/7/2023).
Regulasi tersebut mengacu pada Codex General Standard for Food Additives (Codex GSFA). Namun, BPOM mengaku akan tetap monitor aktif terkait perkembangan aspartam, terutama kajian-kajian WHO, JECFA, dan IARC.
Hasil penelitian
IARC menempatkan aspartam dalam kategori beresiko pada dua kondisi, yaitu "karsinogenik pada manusia" dan "mungkin karsinogenik".
Produk lain yang juga masuk dalam "kemungkinan karsinogenik" adalah aloe vera, nikel, dan acar sayuran dalam kemasan.
Beberapa penelitian sebelumnya telah dilakukan untuk mengetahui kaitan antara aspartam dengan risiko kanker, namun belum ada kesimpulan yang bulat.
Evaluasi terbaru ini menyebut bahwa ada risiko kanker dalam kondisi dan tingkat paparan tertentu.
Walau pun para ilmuwan belum sepakat tentang kemungkinan aspartam memicu kanker, namun mereka menyebut kita tetap harus membatasi asupan makanan dan minuman berpemanis.
Ada banyak bahaya lain dari asupan gula harian yang berlebihan selain kanker, yaitu risiko kegemukan, tekanan darah tinggi, dan diabetes.
WHO juga melarang penggunaan pemanis buatan untuk membantu proses penurunan berat badan, karena dalam jangka panjang hal ini tidak membantu.
Studi tahun 2022 di Perancis menemukan, orang yang mengonsumsi aspartam beresiko tinggi menderita stroke. Namun, mengganti gula dengan pemanis buatan tidak menurunkan risiko penyakit jantung.
https://lifestyle.kompas.com/read/2023/07/16/172442820/mengenal-pemanis-buatan-aspartam-yang-bisa-memicu-kanker
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.