Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Anak Lahir secara "Caesar", Imunitasnya Lebih Rendah?

Kompas.com - 07/07/2008, 01:03 WIB

Bayi yang lahir secara caesar memang berbeda dengan bayi yang dilahirkan secara normal. Bayi lahir caesar umumnya kekebalan atau imunitas tubuhnya lebih rendah dibandingkan dengan bayi lahir normal. Untuk meningkatkan imunitasnya, mereka harus diberi air susu ibu yang mengandung probiotik.

Penelitian menunjukkan, bayi lahir caesar butuh waktu enam bulan untuk mencapai mikrobiota usus yang serupa dengan bayi lahir normal sehingga bayi caesar memiliki risiko lebih tinggi terhadap berbagai jenis penyakit. Demikian dipaparkan Prof Patricia Conway dari Universitas New South Wales, Australia, di Jakarta, Kamis (3/7).

Saluran pencernaan penting artinya bagi kesehatan tubuh manusia. Fungsi utamanya adalah mencerna dan menyerap zat gizi agar kebutuhan tubuh dapat terpenuhi. Pada saluran cerna yang sehat, mukosa usus mampu menyerap mikronutrien penting dan menolak toksin serta patogen. Dua per tiga sistem kekebalan tubuh berada di saluran pencernaan ini.

Saluran cerna yang sehat banyak didominasi oleh koloni bakteri baik—lazim disebut probiotik. Agar berfungsi optimal, probiotik harus dikonsumsi dalam keadaan hidup dan tetap hidup mencapai saluran usus dalam jumlah yang mencukupi.

Dunia terkontaminasi

Saat lahir, bayi meninggalkan kandungan ibu atau lingkungan yang nyaris bebas kuman dan memasuki dunia luar yang serba terkontaminasi sehingga butuh daya tahan cukup untuk mencegah timbulnya penyakit infeksi mikroorganisme.

”Jadi terkait dengan hal itu, metode persalinan menentukan jenis mikrobiota yang nantinya akan menghuni usus anak, dan selanjutnya akan berdampak pada daya tahan tubuhnya,” kata Patricia Conway.

Metode persalinan umum adalah persalinan normal (melalui jalan lahir ibu) dan bedah caesar. Beberapa tahun terakhir, jumlah ibu yang memilih melahirkan caesar meningkat. Di Amerika Serikat, angka kelahiran caesar meningkat lebih dari 40 persen, di Eropa 30 persen, di Amerika Latin dan sebagian negara Asia mencapai 50 persen sejak 1996.

”Padahal angka kesakitan bedah caesar lebih tinggi dibanding melahirkan normal, yakni 27 dari 1.000 persalinan, sedangkan melahirkan normal hanya 9 dari 1.000 persalinan,” ujar ginekolog dari Departemen Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Andon Hestiantoro.

Saat baru lahir, saluran cerna bayi lahir normal nyaris steril, bebas kuman. Pada proses persalinan normal, bakteri dari ibu dan lingkungan sekitar membentuk kolonisasi pada saluran cerna anak. Pada persalinan normal, bayi berpindah dari rahim yang nyaris steril ke lingkungan luar melalui proses yang lama yang melibatkan kontraksi berjam-jam.

Sebagai imbasnya, bayi kontak secara alami dengan mikroflora normal ibu dan kemudian mikrobiota itu berkoloni di ususnya. Mikrobiota yang memegang peran utama mengaktifkan sistem kekebalan adalah kelompok Bifidobacteria dan Lactobacilli.

Sebaliknya, pada bayi caesar, proses persalinan dilakukan di ruang steril. Bayi diambil langsung dari rahim ibu tanpa kontak dengan area rektum dan vagina ibu, jadi tidak ada kesempatan kontak dengan mikrobiota normal di jalan lahir. Selain itu, untuk menghindari pascaoperasi, ibu biasanya diberi antibiotik yang disalurkan ke bayinya melalui placenta. Akibatnya, kolonisasi bakteri yang menguntungkan di saluran cerna terhambat. Akibatnya, proses penguatan pada saluran cerna dan imunitas bayi pun terhambat.

”Jadi, agar tidak terkena infeksi dan penyakit alergi, bayi caesar harus mendapatkan ASI yang mengandung probiotik untuk meningkatkan imunitasnya,” tutur Patricia Conway. (LOK)

 

 

 

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com