Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ngorok, Awas Ancaman Stroke!

Kompas.com - 29/10/2008, 16:47 WIB

Berdasar kajian terkini, ada peningkatan risiko stroke sebesar 2,52 kali pada penderita sleep apnea.

BAGI
Anda yang selalu saja terjaga di malam hari karena kesulitan bernafas ketika tidur sebaiknya waspada. Bukan tidak mungkin, Anda termasuk dalam kelompok yang berisiko mengidap stroke.

Menurut Direktur RS BethesdaYogyakarta, dr Sugianto, Rabu (29/10), gangguan tidur yang berkaitan dengan pola nafas atau dalam bahasa medis disebut sebagai sleep disorder breathing (SDB) memiliki hubungan dengan risiko stroke.

"Dalam penelitian terbaru menunjukkan adanya hubungan antara stroke dengan gangguan tidur yang paling umum dijumpai yaitu ’obstructive sleep apnea’ atau lebih dikenal dengan ngorok," ungkap Sugianto pada acara memperingati Hari Stroke Sedunia.

Obstructive sleep apnea (OSA) adalah suatu bentuk gangguan tidur yaitu berhentinya nafas pada saat tidur lebih dari 10 detik karena tertutupnya atau menyempitnya saluran pernafasan. Tertutupnya saluran pernafasan itu sendiri terjadi karena turunnya lidah dan pengenduran otot serta jaringan lunak saluran pernafasan.

Dari hasil penelitian, OSA kerap ditemukan pada penderita stroke yang bertahan hidup, bahkan persentasenya lebih dari separuh penderita yang hidup, yaitu sekitar 63 persen. Penyempitan saluran pernafasan akan menurunkan saturasi oksigen lebih dari tiga persen, misalnya suplai oksigen ke otak dan juga melambatkan detak jantung.

"Apnea
bisa terjadi ratusan kali dalam satu malam dan kadang-kadang tidak disadari oleh penderitanya, namun disadari oleh pasangan tidurnya," katanya.

Berdasar kajian terkini, ada peningkatan risiko stroke sebesar 2,52 kali pada penderita sleep apnea. Dengan kondisi tersebut, Sugianto berharap mereka yang mengalami gangguan tidur dapat melakukan diagnosis dini untuk tujuan pencegahan.

Selain itu, pengenalan terhadap faktor risiko utama penyebab stroke juga harus terus diperhatikan, diantaranya tekanan darah tinggi (hipertensi), diabetes dan merokok.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com