Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Afrika Bangga, tapi Tak Berharap Banyak

Kompas.com - 05/11/2008, 14:45 WIB

JOHANNESBURG, RABU — Kemenangan bersejarah Barack Obama sebagai presiden kulit hitam pertama AS menimbulkan kebanggaan di kalangan rakyat Afrika. Namun, banyak pengamat menegaskan, negara-negara Afrika tidak bisa berharap banyak kepada Obama.

Banyak orang Afrika mungkin mengharapkan, Obama, yang dilahirkan dari ayah yang berasal dari Kenya dan ibu kulit putih Amerika, bisa meningkatkan hubungan dengan benua itu. Namun, banyak pengamat mengatakan, Obama justru tidak leluasa dalam bertindak karena latar belakang ayahnya.

Pengamat politik Daniel Silke mengatakan, segera setelah berada di Gedung Putih, Obama akan menghadapi kenyataan pilihannya untuk menangani Afrika dibatasi oleh kepentingan kebijakan luar negeri AS.

"Meskipun mungkin ada keuntungan psikologis atau emosi bagi Afrika, dukungan nyata Obama bagi benua itu masih akan dibatasi oleh kepentingan kebijakan luar negeri AS," kata Silke.

"Pada saat krisis keuangan, AS akan menghadapi kesulitan untuk berkomitmen pada penambahan jumlah bantuan. Kemampuannya untuk menetapkan komitmen bagi penanaman modal akan bersaing dengan upaya pemulihan sistem keuangannya sendiri," kata Silke.

Obama akan memiliki landasan yang lebih kuat untuk melakukan pembangunan setelah beberapa tahun terakhir pemerintahan George W Bush memberi banyak manfaat nyata bagi Afrika.

Pada Juli, Bush melipattigakan pengeluaran AS dalam memerangi AIDS, tuberculosis, dan malaria—terutama di Afrika—menjadi 48 miliar dollar AS.

Perdagangan dengan Amerika Serikat juga melonjak sejak 2000 berdasarkan hukum yang dikenal sebagai African Growth and Opportunity Act (AGOA) yang mengizinkan negara sub-Sahara Afrika memperoleh insentif ekspor bebas pajak.

Ekspor Afrika ke Amerika Serikat telah naik lebih dari tiga kali lipat sejak peraturan tersebut disahkan, naik jadi 51,1 miliar dollar AS pada 2007, kebanyakan akibat kenaikan ekspor minyak dari Angola dan Nigeria, demikian laporan AGOA baru-baru ini.

Somadoda Fikeni, pemimpin dewan Walter Sisulu University, memperingatkan bahwa latar belakang Obama sebenarnya membuat lebih sulit buat dia untuk mengubah kebijakan mengenai Afrika.

"’American-ness’ Obama dan hubungan dengan negara asal Afrika telah dieksploitasi oleh penentangnya dari Partai Republik dan kubu konservatif di kalangan masyarakat," kata Fikeni.

"Ia lebih mungkin untuk mempertahankan tingkat dukungan bantuan luar negeri buat Afrika dan kebijakan saat ini," katanya.

Obama juga diperkirakan akan mempertahankan tekanan AS dalam penyelesaian konflik utama di seluruh benua tersebut, terutama di wilayah Darfur, Sudan.

"Tekanan serupa atas Zimbabwe mungkin terjadi jika kebuntuan saat ini antara ZANU-PF, pimpinan Robert Mugabe, dan oposisi tak terselesaikan sampai awal tahun depan," kata Fikeni.

Pemerintah Obama juga nantinya harus kembali meyakinkan negara Afrika mengenai komando baru militer AS untuk Afrika, yang dikenal sebagai Africom.

Komando baru itu mulai beroperasi satu bulan lalu dari pangkalan militer AS di Stuttgart, Jerman, tapi pembentukannya telah disambut dengan kecurigaan oleh para pemimpin Afrika, yang khawatir terhadap kehadiran militer AS di benua tersebut.

Washington menyatakan Africom bertujuan mencegah konflik dan membina keamanan di seluruh Afrika serta berkeras bahwa tak ada pangkalan baru yang direncanakan di luar satuan tugas khusus 1.800 anggota yang saat ini berpangkalan di Djibouti.

"Rakyat Afrika tak nyaman menangani urusan militer yang berkaitan dengan kedaulatan dan pembangunan mereka. Rakyat Afrika prihatin bahwa pembentukan Africom mungkin lebih banyak menimbulkan mudharat daripada manfaat," kata Wafula Okumu, pemimpin program analisi keamanan Afrika di Institute for Security Studies.

Namun, kehadiran Obama di Gedung Putih akan memberi dorongan pesikologis penting bagi rakyat Afrika, kata Silke.

"Obama akan bersimpatik dan akan menawarkan dorongan emosi yang banyak diharapkan," katanya. "Jangan mengharapkan uluran tangan sangat besar atau konsesi keuangan dramatis."

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com