Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menepis Kegalauan Orangtua Tunggal

Kompas.com - 20/11/2008, 09:30 WIB

Menjadi orangtua tunggal atau single parent (SP) bukanlah keinginan kebanyakan orang. Galau, sedih, atau merasa sendiri, itulah yang dirasakan saat menjadi SP.

Kekhawatiran tersebut kini tidak perlu lagi karena ada Komunitas Single Parents Indonesia (KSPI) yang berdiri pada 14 November 2007. Di wadah itu, anggotanya bisa saling curhat masalah-masalah yang dihadapi, entah lewat telepon, SMS, YM, atau e-mail. Anggota KSPI kebanyakan perempuan, sekitar 300-an meski ada juga lelaki.

Orang di balik KSPI adalah Dwi Cahyo (28) dan Titi Atmojo (38) yang bertindak sebagai moderator untuk mailing list para orangtua tunggal. Persyaratan menjadi anggota SP tidak sulit. Bahkan, yang bukan SP pun boleh. Cahyo malah belum menikah, sedangkan Titi seorang SP dengan satu putri. "Yang penting punya passion, cerai, terserah background-nya. Tinggalkan masa lalu dan maju ke depan," tutur Titi.

Semua berawal karena Cahyo sering menjadi tempat curhat teman-temannya. Ada yang hamil di luar nikah, bercerai lalu ingin bunuh diri, ditinggalkan teman-temannya, dan beragam masalah lain. Kasihan melihat nasib temannya, Cahyo membuat mailing list yang kemudian berkembang menjadi komunitas.

Beberapa program seru dilakukan KSPI, antara lain gathering milist, program alternative healing, program pengobatan alternatif jarak jauh (distant healing), serta konseling anak dan hukum.

Lucunya, kadang orang menganggap KSPI sebagai biro jodoh. "Komunitas SP kadang dianggap berisi janda, jadi ada lelaki iseng masuk. Feedback yang diterima pun isinya bernada negatif. Ketika ada orang seperti itu, saya langsung meminta dia keluar dari anggota."

Titi sendiri awalnya juga sering menangis dan merasa sendiri. "Namun, begitu bertemu Cahyo dan membuat KSPI, ternyata kami enggak hidup sendirian ya? Masih banyak yang lebih menderita. Malah ada yang mau bunuh diri segala. Bagi saya, lebih baik lihat kenyataan, apa yang harus dilakukan ke depannya. Selain itu, peranan keluarga sangat membantu dalam hal semangat," kata Titi yang mengaku masih sulit mempercayai lelaki. "Namun, sekarang saya punya tujuan hidup yang jelas. Anak bisa jadi penyemangat hidup, bagaikan baterai yang baru diisi." katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com