Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Anak Nakal, Salah Orangtuanya!

Kompas.com - 05/02/2009, 21:27 WIB

SEMARANG, KAMIS — Psikolog dari Universitas Diponegoro (Undip) Semarang, Hastaning Sakti, mengatakan, orangtua perlu mendengarkan curahan hati anak supaya tidak semakin sering muncul kasus kenakalan remaja.
     
"Orangtua jangan berpikir kalau remaja zaman sekarang berada pada posisi yang salah dan rawan," katanya di Semarang, Rabu.

Menurut penilaiannya, jika ada pihak yang semestinya bertanggung jawab atas terjadinya kasus-kasus kenakalan remaja, maka pihak tersebut adalah orangtuanya sendiri.

Kasus kenakalan remaja adalah perilaku menyimpang yang terjadi pada remaja. Masalah sosial ini terjadi karena terdapat penyimpangan perilaku dari berbagai aturan-aturan sosial ataupun dari nilai dan norma sosial yang berlaku.

Pemakaian narkotika dan obat-obatan terlarang (narkoba) merupakan salah satu kasus kenakalan remaja yang semakin meningkat setiap tahunnya.

Tahun 2004 diperkirakan jumlah penyalahguna narkoba, yang sebagian besar adalah remaja, mencapai angka 2,9 juta sampai 3,6 juta orang atau setara 1,5 persen penduduk Indonesia.

Kebanyakan kasus kenakalan remaja, termasuk penyalahgunaan narkoba, terjadi karena orangtua tidak menerapkan metode "parenting skill" atau secara sederhana bisa diterapkan dengan mau mendengarkan keluh kesah dan isi hati anak.

Ia mengatakan, orangtua lebih sering marah-marah dan menyalahkan anak daripada memberi solusi untuk mengatasi masalah yang mereka hadapi.

"Anak adalah anugerah yang harus dijaga. Kita tidak bisa menyalahkan mereka begitu saja atau menyalahkan lingkungan, tetapi kembali kepada diri orangtua sendiri, apakah selama ini menjaga anugerah tersebut dengan baik atau tidak," kata Dosen Psikologi Universitas Diponegoro ini.

Ia menjelaskan, pada masa remaja, justru keinginan untuk mencoba-coba besar sekali. Pada usia remaja, mereka berada pada masa pencarian jati diri.

Ia mengatakan, di sinilah peran orangtua sangat dibutuhkan untuk mengarahkan anak, bukan mempersalahkan, atau bahkan meremehkan apa yang mereka kerjakan.

"Satu yang perlu diingat, setiap orangtua sudah pernah menjadi anak, tetapi anak belum pernah menjadi orangtua. Inilah mengapa orangtua perlu mengerti anaknya," katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com