Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jatuh Cinta pada Suami

Kompas.com - 24/03/2009, 18:04 WIB

KOMPAS.com — Seorang rekan Kompas.com pernah menyatakan bahwa ia tengah jatuh cinta kepada suaminya. Lho, kok bisa? Tidakkah ia salah mengucap? Mungkin maksudnya, ia sangat mencintai suaminya. Bukannya kita jatuh cinta dulu pada seseorang, menjalin hubungan dengannya, dan bila cocok, memutuskan untuk menikah?

Sang rekan kembali menegaskan, tidak ada yang salah dengan pernyataannya. Dulu ia sering sirik pada teman-temannya, karena tidak pernah merasa kangen pada suami yang waktu itu masih menjadi pacarnya, seperti yang dialami teman-temannya pada pacar masing-masing. Ia baru sering merasa kangen pada suaminya setelah menikah beberapa tahun.

Ada perbedaan mendasar antara jatuh cinta dan mencintai seseorang. Jatuh cinta sifatnya hanya sesaat. Itulah saat di mana kita berdebar-debar menanti telepon seseorang, menunggu kehadirannya, membuat kita jadi lupa makan atau enggan tidur karena tidak ingin kehilangan waktu bersamanya. Inilah perasaan awal yang kita alami terhadap seseorang. Sedangkan mencintai adalah tahap lebih lanjut, setelah kita betul-betul mengenalnya, dan menerima segala kelebihan dan kekurangannya.

Hal yang dialami rekan kami ini—jatuh cinta pada suaminya—sangat mungkin terjadi. Banyak di antara kita yang awalnya menikah tanpa perasaan cinta pada suami. Kita menikahinya karena merasa ia adalah pria yang baik, memiliki visi yang sama mengenai masa depan, dan mempunyai sifat-sifat atau karakter yang dapat melengkapi diri kita. Meskipun kita tidak pernah jatuh cinta padanya. Kita tidak merasa berdebar-debar menunggu kehadirannya. Kita hanya menyayanginya, karena telah menemani hidup kita sehari-hari.

Namun setelah menikah, dan semakin lama Anda mengenalnya, semakin Anda dapat melihat sisi-sisi baik dirinya yang lain. Suami ternyata seseorang yang selalu ingin menyenangkan hati Anda. Ketika Anda bangun pagi di hari Minggu, ia tersenyum pada Anda dan menanyakan apa yang Anda inginkan untuk sarapan. Ia tak keberatan membatalkan janji untuk hangout dengan teman-temannya, karena Anda sedang membutuhkannya. Ia selalu memuji dan menghabiskan masakan Anda, meskipun Anda tahu masakan Anda tidak seenak buatan ibunya. Ia selalu menghargai semua jerih payah Anda menata rumah, meskipun hal itu kadang tak sesuai dengan seleranya. Ia juga selalu mengatakan bahwa Anda tetap seksi, sekalipun Anda mengeluh bokong Anda tak lagi sekencang sebelum melahirkan buah hati Anda.

Karena sikap-sikapnya itu, perlahan-lahan mulai tumbuh perasaan yang lebih dalam terhadap suami. Ketika ia sedang terlelap di samping Anda, Anda menyadari betapa cintanya pada Anda tak berubah setelah bertahun-tahun. Ketika ia sedang terbaring sakit di rumah sakit, Anda menyadari bahwa Anda tak siap jika harus menjalani hidup Anda sendirian tanpa kehadirannya. Tanpa Anda sadari, Anda sering merindukannya ketika ia sedang bertugas ke luar kota. Anda merasa berdebar-debar ketika ingin memberinya kejutan di hari ulang tahunnya.

Itulah saat ketika Anda sedang jatuh cinta pada suami Anda. Anda merasakan sesuatu hal yang tak Anda alami ketika masih berstatus pacar. Berbahagialah bila Anda mengalami hal ini. Perasaan cinta yang tumbuh perlahan seperti ini akan semakin kuat, berbeda jika Anda jatuh cinta pada pasangan sebelum menikah. Ketika perasaan berdebar-debar itu mulai memudar seiring usia pernikahan Anda, hubungan Anda dan suami mulai kering, datar, tak menggairahkan lagi. Lebih parah lagi ketika akhirnya Anda melihat sifat-sifat asli yang tak ditunjukkannya dulu.

Bila Anda pun ingin merasakan jatuh cinta pada suami, ada beberapa hal yang perlu Anda lakukan. Anda memang tidak akan melihat hasilnya dalam sekejap, karena hal ini membutuhkan kerelaan Anda:

1. Kenalilah dirinya lebih jauh. Perhatikan hal-hal kecil yang dilakukannya, kata-kata yang diucapkannya, atau apa yang menjadikan dirinya seperti sekarang. Mintalah mertua Anda menceritakan bagaimana suami Anda waktu kecil. Dengan menggali sisi lain dirinya, Anda akan menemukan lebih banyak sifat-sifat baiknya yang sebelumnya tidak Anda sadari.

2. Tulislah sisi-sisi baiknya dalam kepala Anda, dan lihat bagaimana sifat tersebut memengaruhi hubungan Anda. Ia seseorang yang selalu mengalah, dan ketika akhirnya ia marah karena sesuatu yang Anda lakukan, Anda sadar bahwa selama ini Anda bersikap egois padanya. Hal ini akan menumbuhkan rasa syukur bahwa ia mampu membuat Anda menjadi lebih baik.

3. Bukalah diri Anda. Jika ia ingin mengantarkan Anda ke suatu tempat meskipun Anda merasa sanggup berangkat sendiri, terima saja tawaran tersebut. Anda mungkin tidak menyadari bahwa hal ini akan membuatnya tenang, karena istrinya telah sampai di tempat tujuan dengan selamat. Sebagai imbal baliknya, tawarkan apa yang dapat Anda lakukan untuknya. Anda akan sadar, sangat menyenangkan membuat dirinya senang.

4. Terimalah apa yang menjadi kelemahannya. Ketika Anda mengetahui apa yang menjadi penyebab kekurangan dirinya, Anda tidak lagi berusaha menyerangnya, melainkan justru ingin membantunya. Misalnya, ia seorang yang tidak percaya diri karena orangtuanya tidak pernah memuji perbuatannya, atau hasil karyanya waktu kecil. Pujilah dia, seperti dia memuji Anda.

Nah, bila Anda tidak merasakan cinta yang mendebarkan seperti yang dialami teman-teman waktu kuliah dulu, Anda mungkin hanya belum melewati masa-masa itu. Kelak Anda pun akan menyadari bahwa suami begitu lovable. Betapa ia seorang yang begitu mudah mencintai dan dicintai. Anda hanya perlu melihat sisi lain dirinya dengan lebih dekat.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com