Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jangan Korbankan Pendidikan Anak Perempuan!

Kompas.com - 11/06/2009, 19:04 WIB

 

 

JAKARTA, KOMPAS.com - Memberikan jaminan pendidikan kepada anak-anak merupakan salah satu upaya penting untuk menghentikan bertambahnya pekerja anak di tengah situasi krisis yang masih melanda dunia. Jaminan itu terutama mesti difokuskan pada anak-anak perempuan yang rentan dikorbankan dari bangku sekolah untuk membantu ekonomi keluarga.

 

Himbauan itu disampaikan Direktur Jenderal UNESCO Koichiro Matsuura dalam menyambut Hari Anti Pekerja Anak se-Dunia yang diperingati pada Jumat (12/6) ini. Peringatan Hari Anti Pekerja Anak tahun ini mengambil tema "Beri Kesempatan Pada Anak Perempuan : Hentikan Pekerja Anak".

 

Matsuura mengatakan mendidik anak perempuan akan berdampak jangka panjang pada peningkatan kesehatan, nutrisi, pekerjaan, dan pertumbuhan. Yang paling penting, pendidikan adalah hak asasi manusia.

"Tetapi saat ini ada 75 juta anak yang diabaikan haknya untuk menikmati pendidikan, di mana 55 juta di antaranya adalah anak perempuan," ujar Matsuura.

 

Data dari International Labour Organization (ILO) menyebutkan ada 218 juta anak usia 5-17 tahun yang dikategorukan sebagai pekerja. Jumlah itu menurun dari tahun 2002 yang mencapai 246 juta.

 

Sebanyak 100 juta di antara pekerja anak adalah anak-anak perempuan. Mereka bekerja di tempat-tempat berisiko tinggi seperti perbudakan, pornografi, dan prostitusi.

Di dalam laporan ILO yang baru, jumlah keluarga miskin semakin bertambah. Kondisi itu dipastikan akan memunculkan lebih banyak anak yang putus sekolah dan dipaksa untuk bekerja. 

 

Yang dikorbankan terutama adalah anak perempuan. Jika dikaitkan dengan budaya, banyak keluarga yang memilih untuk mempertahankan anak laki-laki di sekolah daripada anak perempuan dalam kondisi krisis ekonomi. Banyak anak perempuan yang tidak punya akses untuk ke sekolah dan dalam bekerja, kondisi kesehatan, keamaan dan moral mereka berada dalam kondisi membahayakan.  

 

 

Matsuura mengatakan untuk mengatasi pekerja anak, pendekatan yang terintegrasi perlu dilakukan dengan mengurangi kemiskinan, menyediakan pendidikan bagi semua dan meningkatkan pengembangan ekonomi dan sosial. "Harus ada jaminan pendidikan dasar gratis untuk keluarga miskin," kata Matsuura.

 

Matsuura menegaskan peringatan hari anti pekerja anak itu untuk menghimbau tindakan nyata dan perubahan kebijakan di suatu negara. Penekanan yang penting terutama pada pendidikan sebagai salah satu perlindungan terbaik menghentikan pekerja anak.

 

"Tidak ada investasi yang lebih baik di masa krisi selain memberi pendidikan, terutama bagi anak perempuan," ujar Matsuura.

 

Soal pendidikan dasar, Menteri Pendidikan Nasional Bambang Sudibyo mengatakan mulai tahun ini pendidikan di tingkat SD-SMP, terutama di sekolah pemerintah, gratis. Karena itu, tidak ada alasan buat anak-anak dari keluarga tidak mampu, termasuk anak-anak perempuan untuk menyelesaikan pendidikan dasar sembilan tahun.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com