Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bila Bayi Menangis Berlebihan

Kompas.com - 19/06/2009, 15:37 WIB

KOMPAS.com - Bagaimana membedakan tangisan biasa dengan tangisan kolik? Tangisan kolik melengking tiba-tiba, dan berlangsung terus-menerus selama lebih dari 2-3 jam. Saat menangis kolik, bayi tampak gelisah, wajah memerah, tangan mengepal, serta tubuh dan lututnya terangkat.

Frekuensi kolik cukup unik, yaitu berlangsung tiga hari atau lebih berturut-turut dalam seminggu, selama paling sedikit tiga minggu. Kolik sendiri adalah nyeri perut akibat gangguan pada usus yang kerap dialami oleh bayi berusia 2 minggu hingga 2-3 bulan. Kolik cenderung memuncak pada enam minggu pertama setelah bayi lahir, kemudian mereda di antara usia 3 dan 4 bulan. Kolik biasanya menghilang di usia 5 bulan. Jika ternyata masih ada, kemungkinan si bayi menderita gangguan refluks.

Kolik bukan lah jenis penyakit, tetapi diduga sebagai wujud rasa melilit di perut yang dialami bayi. Kolik tidak membahayakan dan dialami oleh 20 persen bayi sehat di seluruh dunia. Hanya saja, datangnya kolik sering membuat para orangtua panik dan kepayahan.

Penyebab kolik belum diketahui secara pasti, tetapi diduga karena sistem pencernaan bayi belum sempurna, pemberian makanan padat terlalu cepat, bayi terlalu kenyang menyusu hingga perutnya juga terisi oleh udara, atau suasana tak nyaman yang akhirnya berimbas pada sistem pencernaan bayi. Gangguannya berupa kejang otot di dinding usus akibat masuknya udara ke dalam usus, kemudian ditunjukkan dengan perut yang kembung.

Serangan kolik biasanya datang dan hilang secara tiba-tiba. Bayi yang sebelumnya riang dan senang, di jam-jam tertentu bisa berubah menangis secara berlebihan tanpa disertai gejala sebelumnya. Selanjutnya, setelah menangis berjam-jam bayi akan berhenti menangis begitu saja, kembali riang, atau tertidur lelap.

Meskipun terjadi kapan saja namun banyak bayi yang mengalami kolik pada senja hari menjelang malam. Hingga kini belum diketahui pasti kenapa bisa demikian. Dugaan yang paling kuat karena fermentasi susu yang dikonsumsi sejak pagi hingga siang hari, baru terasa imbasnya di sore hari. Dugaan lainnya adalah perubahan cuaca dari sore ke malam yang membuat bayi harus beradaptasi dan merasa tidak nyaman. Begitu juga bayi yang terlalu kenyang minum susu (baik ASI maupun formula), karena dalam perutnya juga tersimpan banyak gas.

Yang jelas, setiap bayi bisa mengalami kolik, baik bayi yang mendapat ASI maupun susu formula. Namun, yang lebih sering terjadi adalah bayi yang mendapat susu formula karena kandungannya lebih sulit diserap. Susu formula mengandung kadar lemak dan karbohidrat lebih tinggi dibandingkan ASI. Tingginya kadar lemak dan karbohidrat inilah yang membuat penyerapannya juga lebih lama, butuh waktu sekitar 2 jam untuk dicerna.

Narasumber: dr. Atilla Dewanti, Sp.A., Empati Development Centre 

(Irfan Hasuki)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com