Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

India Gagalkan Pawai Kelompok Kashmir

Kompas.com - 14/07/2009, 03:45 WIB

SRINAGAR, KOMPAS.com - Pasukan India menutup jalan-jalan di kawasan permukiman di lembah Kashmir, Senin (13/7), dan menggagalkan pawai yang direncanakan dilakukan ribuan kelompok masyarakat untuk menghormati para syuhada, sebuah peristiwa tahunan yang biasanya berbuntut kekerasan.
      
Konferensi Semua Partai Hurriyat (Kebebasan), aliansi kelompok utama di Kashmir, telah merencanakan pawai itu untuk memperingati kejadian pada 13 Juli 1931, ketika polisi menembak mati puluhan demonstran yang memprotes penguasa Hindu saat itu di negara bagian tersebut.
      
Polisi mengatakan bahwa Mirwaiz Umar Farooq, ketua Hurriyat, ditempatkan dalam penahanan rumah untuk mencegahnya memimpin pawai itu ke Lal Chowk (Lapangan Merah), pusat bersejarah Srinagar, ibu kota musim panas Kashmir. Polisi memasang barikade dan kawat berduri untuk mencegah orang berpawai di jalan, kata saksi mata.
      
Kawasan itu, lokasi sentimen anti-India sangat dalam, sebelumnya sudah dilanda protes setiap hari karena pemerkosaan dan pembunuhan dua perempuan muda yang mayatnya ditemukan di sebuah aliran sungai pada 29 Mei.
      
Polisi India sebelumnya bersikeras bahwa mereka tewas tenggelam. Namun, keluarga mereka menuduh bahwa kedua muslimah itu diculik, diperkosa, dan dibunuh oleh anggota-anggota pasukan keamanan yang ditempatkan di wilayah yang dilanda pemberontakan itu.
      
Pengujian forensik kemudian menetapkan bahwa perempuan-perempuan yang berusia 17 dan 22 tahun itu memang diperkosa dan polisi telah mencatat sebuah kasus pembunuhan.
      
Perdana Menteri India Manmohan Singh telah memperingatkan bahwa pemerintahnya akan mengambil tindakan keras terhadap pelaku pelanggaran hak asasi manusia di Kashmir dan menawarkan perundingan dengan separatis di wilayah yang disengketakan itu.
      
Peringatan itu disampaikan pada pertengahan Juni sebagai tanggapan atas pertanyaan mengenai protes menyangkut pemerkosaan dan pembunuhan kedua muslimah itu di Kashmir, yang disebut-sebut dilakukan oleh beberapa aparat keamanan India. Ia juga menyatakan siap mengadakan perundingan dengan para politikus regional serta separatis anti-India di Kashmir.
      
Kashmir dilanda pemberontakan muslim selama hampir 20 tahun untuk menentang kekuasaan India yang menurut data resmi telah menewaskan lebih dari 47.000 orang.
      
Kekerasan yang melibatkan pasukan India dan separatis muslim menurun di Kashmir sejak India dan Pakistan memulai proses perdamaian yang bergerak lambat pada 2004. New Delhi menghentikan dialog itu setelah serangan-serangan Mumbai pada November tahun lalu yang menewaskan lebih dari 160 orang.
      
Sejumlah pejabat India menuduh serangan itu dilakukan oleh kelompok dukungan Pakistan, Lashkar-e-Taiba, yang memerangi kekuasaan India di Kashmir dan terkenal karena serangan terhadap parlemen India pada 2001. Namun, jurubicara Lashkar membantah terlibat dalam serangan tersebut.
      
India mengatakan bahwa seluruh 10 orang bersenjata yang melakukan serangan itu datang dari Pakistan. New Delhi telah memberi Islamabad daftar 20 tersangka teroris dan menuntut penangkapan serta ekstradisi mereka.
      
India dan Pakistan terlibat dalam tiga perang dan hampir terjerumus ke dalam perang keempat setelah serangan militan pada 2001 terhadap gedung parlemen India.
      
Dua dari tiga perang itu meletus karena masalah Kashmir, satu-satunya negara bagian yang berpenduduk mayoritas muslim di India yang penduduknya beragama Hindu.
      
Lebih dari 40.000 orang -- warga sipil, militan dan aparat keamanan -- tewas dalam pemberontakan muslim di Kashmir India sejak akhir 1980-an.
      
Pemberontak Kashmir menginginkan kemerdekaan wilayah itu dari India atau penggabungannya dengan Pakistan yang penduduknya beragama Islam.
      
New Delhi menuduh Islamabad membantu dan melatih pemberontak Kashmir India. Pakistan membantah tuduhan itu namun mengakui memberikan dukungan moral dan diplomatik bagi perjuangan rakyat Kashmir untuk menentukan nasib mereka sendiri.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com