Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

78 Tahun Put On: Si Malang yang Fenomenal

Kompas.com - 14/07/2009, 22:02 WIB

Beberapa Masalah

Tentunya untuk menyimak kelucuan lelucon Put On, khususnya di jilid pertama untuk pembaca generasi sekarang tidak mudah jua. Bahasa Melayu peranakan yang dipakai tokoh-tokoh komik Put On walau digunakan di Jakarta dengan dialek Betawi nampaknya tak mudah dipahami pembaca sekarang.

Sayangnya penerbit kembali serial Put On ini tidak mencantumkan semacam catatan kaki-satu hal yang semestinya dilakukan untuk mengembalikan “roh” kelucuan komik ini untuk pembaca sekarang. Misalnya di halaman 18 jilid pertama tatkala Put On mengucapkan kalimat yang lazim digunakan pada acara Tahun Baru Imlek kepada orang yang lebih tua (dalam komik ini Put On berbicara dengan salah satu kakeknya), yaitu “Thiokong, Sin Tjun Kiong Hie, Thiam Hok Siu,”. Tentu saja jika penerbitnya lebih “teliti” akan lebih baik mencantumkan catatan kaki untuk memudahkan pembaca sekarang yang tidak paham bahasa China. Selain itu tentu saja banyak bertebaran kosa kata lama seperti “trausa”, “tuter”, (hlm.16), atau “kerdja butek” (hlm.20).

Tapi hal mencantumkan catatan kaki dalam sebuah penerbitan komik juga tidak mudah karena untuk kasus Put On bisa-bisa komik ini jadi begitu bertaburan catatan kaki yang kurang menyamankan mata pembaca. Meski begitu, alangkah baiknya penerbitan ini dilengkapi sedikit catatan kaki yang kalau diletakkan dalam ejaan yang sekarang sudah tidak digunakan lagi tentunya dapat memudahkan pembaca generasi sekarang. 

Untuk penerbitan seri keduanya yang terbit Februari 2009 pun bukan berarti tidak ada masalah. Kualitas cetaknya bahkan kurang baik dibandingkan dengan jilid pertamanya sehingga gambar yang terlihat di jilid kedua kurang terang mirip hasil sebuah fotokopi yang mutunya kurang baik. Hasil scanning dari koran lama  yang memuat Put On terlihat dengan gambar yang kurang proporsional (garis-garis gambar yang tidak lurus seperti ada getaran) dan kurang terang.

Tokoh Dortji “pacar” Put On dalam jilid pertama seri ini juga tidak muncul. Hal ini mungkin disebabkan tidak mudahnya pendokumentasian kembali serial Put On yang barangkali diambil secara acak di tiga media yang memuatnya: Sin Po, Pantja Warna dan Warta Bakti. Sehingga boro-boro dicantumkan sumber publikasinya, catatan kaki saja tidak ada sehingga sayangnya terjadi dalam usaha penerbitan kembali serial Put On ini menyimpan pelbagai masalah yang lumayan pelik-terutama dalam kasus penerbitan ulang karya lama.     

Walaupun demikian terlepas dari kekurangannya penerbitan kembali dua jilid serial Put On ini patut dihargai sebagai ikhtiar mulia mengembalikan salah satu karya maestro komik ini ke ranah pustaka Indonesia.

Terlebih-lebih bagi generasi sekarang yang akhirnya berkesempatan kembali menyimak salah satu komik strip pertama Indonesia setelah sekian lama hanya membaca berita maupun ulasannya saja yang dibuat oleh para kolektor, pengamat cum kritikus komik Indonesia di buku maupun media massa yang memuat artikel sejarah komik Indonesia.

Buah Inspirasi

Kendati Put On digadang sebagai komik strip pertama di Indonesia, nyatanya tokoh ini adalah buah hasil inspirasi Kho Wan Gie dari tokoh Jigg dalam serial strip  Bringing Up The Father karya George McManus yang terbit di Amerika pada awal abad ke-20 (tepatnya pada tahun 1913). Jadi walau Put On digadang sebagai “komik strip pertama Indonesia” komik ini toh belum sepenuhnya  orisinal sehingga untuk menyebut komik yang benar-benar orisinal Indonesia kita masih bisa menyebut Si Buta dari Gua Hantu-nya Ganes TH yang terbit -walau toh Si Buta digosipkan juga terinspirasi dari tokoh Zatoichi, pendekar buta Jepang dari film The Tale of Zatoichi (1962).

Konon semasa Ganes TH masih hidup ia menampik karyanya terinspirasi dari pendekar buta dari negeri Sakura itu. Ia mengaku terisnpirasi dari sebuah film koboi –tentunya tentang koboi buta—yang sudah tak ia ingat lagi judulnya. Konon yang diambil hanya sebatas penampilan dan kebutaannya saja (Tempo, 13 Februari 2005).

Semoga langkah penerbitan ulang komik-komik lama karya maestro komik Indonesia tidak berhenti pada penerbitan serial Put On saja melainkan juga karya-karya Sopoiku lainnya yang pernah Berjaya mewarnai sejarah komik nasional.

Rawamangun, Juli 2009
* pencinta komik, tinggal di Jakarta.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com