Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Triyono, Guru yang Pengusaha Mainan Edukatif

Kompas.com - 05/08/2009, 11:07 WIB

Triyono mengaku masa awal usahanya itu relatif penuh tantangan. Dia belum banyak tahu soal alat permainan edukatif. Namun, dia yakin produk itu bakal laku di pasaran karena semakin banyak orangtua yang memberi perhatian lebih baik terhadap pendidikan anak usia dini.

Dia kemudian mencari-cari bentuk alat permainan edukatif itu, dengan belajar dari berbagai buku dan mencoba membuatnya sendiri. ”Ketika mencoba membuat alat permainan edukatif ini, saya tidak langsung jadi. Ya, bisa dibilang saya pun mengalami proses trial and error,” ceritanya.

Berkali-kali ia gagal. Dari kegagalan produk itu pula, Triyono lalu belajar memperbaikinya. Misalnya, saat produk kayunya banyak terbuang akibat jamur. Dia kemudian berusaha mengatasi jamur dengan lebih dulu memasukkan kayu ke dalam oven agar benar-benar kering.

Dia juga pernah tertipu sekitar Rp 14 juta hanya gara-gara kurang teliti. Ketika pesanan datang, Triyono tak meminta uang muka produksi. Oleh karena itu, belakangan ini ia mewajibkan para pemesan memberikan uang muka setengah dari harga barang.

Semangatnya yang tinggi juga dipicu kenyataan bahwa ia tak bisa sekadar mengandalkan gajinya sebagai guru sekolah dasar untuk menghidupi dan mencukupi kebutuhan pendidikan kedua anaknya. ”Saya sampai mencari-cari peluang dengan mendatangi rumah pengelola P2PNFI, yang dulu bernama BPPNFI (Balai Pengembangan Pendidikan Nonformal dan Informal). Saya sempat takut ditolak, tetapi terus berusaha memberanikan diri,” kenang Triyono.

Gayung pun bersambut. Barang yang dihasilkan Triyono ternyata cukup memuaskan sehingga BPPNFI ketika itu memesan sejumlah alat permainan edukatif. Instansi itu pula yang awalnya menyebarluaskan produk alat permainan edukatif tersebut ke berbagi daerah hingga pesanan terus berlanjut hingga kini.

Melatih penganggur

Sejak tahun 2006 Triyono juga disibukkan dengan pekerjaan tambahan sebagai instruktur bagi 10 kelompok, yang setiap kelompok terdiri dari 3 orang. Mereka dilatih cara membuat alat permainan edukatif. Anggota kelompok itu sebagian besar penganggur atau siswa yang baru lulus sekolah di Desa Ujung-ujung dan Jembrak, Kecamatan Pabelan.

”Saya mau melatih dan berbagi ilmu dengan anak-anak itu. Buat saya, mereka bukan saingan, tetapi justru mitra usaha. Saat ini enam kelompok di antaranya sudah sangat aktif. Selain memasok produk lewat koperasi yang saya pimpin, mereka juga sudah bisa memasarkan sendiri produknya,” katanya.

Mengelola usaha tak lantas membuat Triyono menganaktirikan tugas utamanya sebagai guru. Ia tetap berusaha membagi waktu dengan baik. Caranya, dengan berbagi tugas dengan sang istri, Siti Munjaemah.

Oleh karena itu, tak heran kalau atas prestasi mengajarnya selama ini, mulai Juli 2009 dia dipercaya menjadi Kepala Sekolah SDN 3 Kopeng di Kecamatan Getasan.  ”Saya ingin pembuatan alat permainan edukatif ini lebih berkembang, agar semakin banyak orang muda pengangguran di desa kami yang bisa bekerja,” kata Triyono. (Antony Lee)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com