Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

46 persen Penduduk Indonesia Dehidrasi

Kompas.com - 22/10/2009, 16:08 WIB

KOMPAS.com - Istilah dehidrasi sebenarnya sudah tak asing lagi, namun kondisi ini sering disepelekan. Padahal sebenarnya dehidrasi cukup berbahaya, pada tingkat yang berat dehidrasi bisa menyebabkan kematian. Berdasarkan studi terkini 46,1 persen orang Indonesia mengalami dehidrasi ringan.

Hal tersebut dipaparkan oleh Prof. Dr.Ir.Hardinsyah dalam laporan hasil penelitian The Indonesian Regional Hydration Study (THIRST). Penelitian tersebut merupakan hasil kerjasama tiga universitas di Indonesia, yaitu Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor, Pasca Sarjana Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanudin, Makasar, serta Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga, Surabaya.

Dehidrasi, yang berarti kekurangan cairan tubuh karena jumlah cairan yang keluar lebih banyak daripada jumlah cairan yang masuk, ini bisa menyerang siapa saja, dari anak kecil hingga orang tua.

Dehidrasi terbagi dalam tiga jenis, yaitu dehidrasi ringan (jika penurunan cairan tubuh 1-2 persen dari berat badan), dehidrasi sedang (jika penurunan cairan tubuh antara 5-10 persen dari berat badan), dan dehidrasi berat (jika penurunan cairan tubuh lebih dari 10 persen dari berat badan).

Dehidrasi dapat mengakibatkan gangguan dalam fungsi otak, seperti menurunnya konsentrasi dan kemampuan berpikir di samping secara fisik dapat menurunkan stamina dan produktivitas kerja. "Kekurangan air satu persen saja sudah bisa menyebabkan gangguan mengingat," kata Prof.Dr.Hardinsyah.

Dalam survei yang dilakukan di enam kota yang terletak di dataran tinggi dan dataran rendah di Indonesia, yaitu Jakarta, Lembang, Surabaya, Malang, Makasar, dan Malino, yang melibatkan 1.200 responden berusia 15-55 tahun diketahui 46,1 persen mengalami dehidrasi dengan persentasi remaja lebih besar, yakni sekitar 49,5 persen. Persentasenya juga lebih tinggi pada penduduk yang tinggal di dataran rendah seperti Jakarta, Surabaya dan Makasar.

Usia remaja memang lebih mudah terkena dehidrasi karena pada usia ini umumnya mereka senang melakukan berbagai aktivitas fisik yang tentu menguras tenaga dan juga cairan tubuh. Selain itu 46-82 persen responden menjawab tak mengerti guna air bagi tubuh serta gejala dan akibat dehidrasi.

Menurut Hardinsyah, selain pengetahuan tentang air minum, kurangnya akses terhadap air minum yang aman dan bermutu serta faktor lingkungan ikut memperburuk tingkat dehidrasi. "Banyak anak-anak yang malas minum karena di sekolah mereka tak tersedia toilet yang bersih sehingga mereka bingung bila harus buang air kecil," paparnya.

Untuk mengatasi masalah tersebut, Prof Hardinsyah mengatakan peningkatkan pengetahuan dan mengubah perilaku masyarakat dalam mengonsumsi air perlu dilakukan. "Pemerintah bisa bekerja sama dengan pihak swasta lewat program tanggung jawab sosial (CSR) untuk melakukan edukasi serta menyediakan toilet yang bersih di sekolah-sekolah," katanya.

Sebenarnya pemerintah melalui Pedoman Umum Gizi Seimbang sudah menyertakan pentingnya air minum sebagai bagian dari kecukupan gizi untuk tubuh sehat. Sayangnya hal tersebut kurang disosialisasikan. "Manusia membutuhkan air lebih banyak dari makanan," kata Prof.Hardinsyah.

Jumlah air yang dibutuhkan tubuh sangat bervariasi tergangung pada berat badan, kebutuhan energi, tingkat aktivitas, jenis kelamin, serta lingkungan. Bila diumpamakan kebutuhan energi remaja dan dewasa sekitar 1.800-3.000 kilo kalori, maka seseorang membutuhkan air sekitar 1,8 - 3 liter air per hari. Karena sepertiga konsumsi air tubuh kita juga diperoleh dari makanan, maka konsumsi air dari minuman adalah sekitar 2 liter per hari.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com