Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Memasak Daging Sapi, Tak Harus Lama

Kompas.com - 10/12/2009, 18:01 WIB

KOMPAS.com – Tingkat konsumsi daging penduduk Indonesia ternyata sangat rendah.  Menurut data tahun 2007 dari Direktorat Jenderal Peternakan, Departemen Pertanian, rata-rata konsumsi daging sapi segar hanya sekitar 0,53 kg/tahun/kapita. Bandingkan dengan standar konsumsi daging sapi segar yang dicanangkan FAO tahun 2008, yaitu 33 kg/tahun/kapita.

Rendahnya konsumsi daging sapi, bisa jadi disebabkan rendahnya tingkat ekonomi penduduk Indonesia. Namun masyarakat yang lebih berada tampaknya juga mengurangi asupan daging karena berbagai alasan lain. Padahal, semua ini sebenarnya hanya karena kesalahpahaman mengenai pola konsumsi daging tersebut.

Coba lihat hasil survey Meat & Livestock Australia (MLA), salah satu pengekspor produk daging sapi Australia ke Indonesia, terhadap perilaku konsumsi daging sapi. Dari 445 murid sekolah dasar di Jabodetabek yang disurvey, hanya 2 dari 10 anak  yang mengonsumsi daging sapi sesuai jumlah yang disarankan. Salah satu alasan yang dikemukakan adalah, anak-anak kurang suka makan daging sapi karena daging sapi umumnya alot.

“Banyak orangtua juga menganggap cara pengolahan daging sapi selalu long cooked, karena kalau keras tidak disukai anak-anak. Kita perlu tahu bagaimana memasak daging sapi yang praktis, dan pasti disukai anak-anak,” kata Isye Iriani, Country Representative untuk MLA Indonesia.

Padahal, daging sapi termasuk salah satu bahan makanan yang mengandung zat besi (Fe). Mineral ini punya peranan cukup penting. Bahkan poin nomor 5 dalam daftar 13 PUGS (Pedoman Umum Gizi Seimbang) pun menyarankan kita untuk makan makanan sumber zat besi. Kurangnya asupan zat gizi besi dapat menyebabkan kondisi anemia, dengan gejala umum seperti kurang konsentrasi, pucat, pusing, lesu, lelah, dan mata berkunang-kunang. Coba bayangkan, bagaimana Anda bisa bekerja dengan baik jika mengalami anemia seperti ini?

Jumlah asupan daging yang disarankan
Untuk memenuhi kebutuhan vitamin dan  mineral yang diperlukan oleh tubuh, Anda disarankan untuk mengonsumsi daging sapi secara lebih teratur. Jumlah asupan harian yang dianjurkan adalah sebanyak 122 gr daging sapi per hari, tiga atau empat kali seminggu. Manfaatnya setara dengan jika kita mengonsumsi 7,9 kg ikan.

Meskipun begitu, sebaiknya Anda mengimbangi asupan daging sapi ini dengan bahan makanan yang lain. Hal ini agar sesuai dengan PUGS, yang kuncinya adalah bergizi, berimbang, dan beragam. Makanlah aneka ragam makanan, “Karena tidak ada satu makanan pun yang lengkap zat gizinya,” ungkap Sarah Fauzia S. Puspita dari Badan Konsultasi Gizi IPB, dalam seminar “Let’s Beef Up Your Kids’ Grow with Australian Beef Meat, di Hotel Gran Melia, Jakarta, Sabtu (05/12/09) lalu.

Keengganan kaum wanita mengolah daging sapi untuk menu sehari-hari, dinilai Sarah karena pemahaman yang salah. Proses pengolahan terbaik adalah dengan suhu tinggi, namun dalam waktu yang singkat. Proses pemanasan yang lama, seperti merebus, akan menghilangkan zat besinya. “Cara terbaik adalah dengan  menumis, karena zat besi yang larut hanya sedikit,” papar Sarah. Cara lain, adalah dengan presto.

Untuk membuat sup yang lezat, tentu kita harus merebus daging dalam waktu lama agar empuk. Cara ini bukannya dilarang. “Tetapi perlu diingat bahwa zat gizi itu bisa larut. Jadi kalau direbus, kaldunya jauh lebih tinggi kandungan gizinya. Dagingnya sendiri sudah jauh berkurang zat gizinya. Begitu juga kalau kita merebus wortel atau buncis. Justru kuahnya yang penting,” tambah perempuan mungil ini.

Banyak hal lain seputar pengolahan daging sapi yang ternyata belum kita ketahui. Misalnya, setelah membeli daging sapi di pasar dan akan disimpan di lemari es, sebaiknya daging tidak dicuci. “Bakteri itu hidupnya kan di permukaan. Kalau terkena air, bakterinya malah bertambah. Jadi, minta saja pada penjual daging untuk memotong bagian yang kotor,” ujar Isye.

Isye juga menyarankan agar cairan seperti darah pada daging tidak dibersihkan. “Justru di situlah letak gizinya, atau juiciness-nya. Jadi, jangan sampai menghilangkan cairan itu.”

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com