Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

APBN, Menuju Titik Pemulihan

Kompas.com - 23/12/2009, 09:07 WIB

Orin Basuki

KOMPAS.com - Tahun 2009 segera dilalui. Tahun yang dinilai sebagai tahun berat bagi pengelola keuangan negara ini ditandai dengan berbagai tekanan. Tekanan ini yang kemudian memunculkan berbagai kreasi baru alternatif pembiayaan yang disesuaikan dengan kebutuhan APBN. Untuk mengantisipasi memburuknya krisis ekonomi global, APBN 2009 sempat dirombak sejak awal tahun. Salah satu penyebabnya adalah adanya tambahan stimulus fiskal sebesar Rp 12,5 triliun menjadi Rp 71,3 triliun untuk menekan daya rusak krisis ekonomi tersebut.

Total stimulus fiskal itu setara dengan 1,4 persen terhadap produk domestik bruto (PDB). Itu cukup memadai untuk menahan tekanan krisis ekonomi global karena diharapkan bisa menahan laju pengangguran terbuka pada tahun 2009.

Akibat krisis ekonomi, pengangguran terbuka diperkirakan mencapai 8,87 persen dari jumlah angkatan kerja 107 juta orang. Namun, dengan paket stimulus fiskal tersebut, pengangguran terbuka ditekan ke level 8,34 persen karena adanya 150.000 lapangan kerja baru.

Belakangan, tidak semua stimulus fiskal dapat digunakan maksimal. Sebut saja stimulus pembebasan Pajak Penghasilan bagi pekerja yang gaji pokoknya Rp 5 juta per bulan atau lebih rendah. Insentif ini kurang digunakan karena mengandalkan kejujuran pemberi kerja yang pada dasarnya justru menghindari pemeriksaan pajak.

Meski kebutuhan anggaran bertambah, penerimaan pemerintah tidak meningkat. Akibat krisis global, pendapatan, belanja, dan pembiayaan APBN harus diubah.

Di sisi pendapatan, penerimaan perpajakan diperkirakan turun Rp 58,95 triliun. Begitu juga Penerimaan Negara Bukan Pajak yang terpangkas Rp 73,07 triliun. Keduanya menyebabkan penerimaan negara dalam APBN 2009 turun menjadi Rp 853,68 triliun dari target semula Rp 985,7 triliun.

Adapun anggaran belanja negara akan melorot akibat berkurangnya subsidi Rp 43,54 triliun dan berkurangnya transfer ke daerah Rp 16,9 triliun. Hal ini terutama akibat turunnya harga bahan bakar minyak dan patokan harga jual minyak mentah Indonesia dari 80 dollar AS per barrel menjadi 45 dollar AS per barrel.

Dengan demikian, penerimaan negara berkurang Rp 132 triliun dan belanja negara terpangkas Rp 53,2 triliun. Hal itu menyebabkan defisit naik Rp 51 triliun menjadi 2,5 persen terhadap PDB atau Rp 132 triliun.

Tidak mudah

Lalu, apakah menutup defisit APBN 2009 itu semakin mudah? Tidak. Awal tahun, APBN 2009 diselimuti bayangan kekeringan likuiditas yang menyebabkan dana murah menghilang dari sumber keuangan dunia. Atas dasar ini, Departemen Keuangan mendekati beberapa negara kreditor dan lembaga keuangan internasional untuk membuat kesepakatan pinjaman siaga yang hanya digunakan saat pilihan sumber pembiayaan APBN semakin sulit.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com