Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mochi Tahun Baru untuk Keluarga

Kompas.com - 30/12/2009, 16:31 WIB

Oleh Nina Susilo

Tahun Baru di Jepang selalu terasa syahdu. Sebab, pada tengah malam pergantian tahun, genta raksasa di semua kuil Shinto akan dibunyikan. Bukan cuma dua-tiga kali, tetapi bunyi gong yang dalam dan panjang itu diperdengarkan sampai 107 kali. Konon, jumlah itu sesuai dengan jumlah tempat sembahyang terpenting di Jepang.

Setelah mendengar bunyi genta, barulah seluruh keluarga bersembahyang. Sebagai persembahan di Tahun Baru, mochi harus ada. Mochi juga menjadi santapan khas ketika Tahun Baru.

Kenangan bermalam Tahun Baru itu selalu diingat Takashi Murayama (49) yang selama 17 tahun terakhir bermukim di Indonesia. Menurut lelaki kelahiran Tokyo, 9 Agustus 1960 ini, Tahun Baru adalah saatnya berkumpul dengan keluarga dan mengharapkan berbagai hal baik di tahun berikut. Hubungan seluruh keluarga lancar, semua anggotanya sehat, usia panjang, dan bisnis lancar.

Dengan berbagai harapan itu, hidangan yang disiapkan memiliki makna tertentu. Osechi, misalnya, adalah hidangan yang menggunakan sekitar 50-60 jenis bahan makanan berupa ikan, sayur, buah, dan ditata rapi di dalam kotak kayu. Setiap jenis bahan makanan itu memiliki makna. Udang yang setelah dimasak menjadi bengkok menjadi simbol harapan hidup sampai menjadi kakek-nenek atau panjang umur. Ikan teri juga penting dalam osechi karena bermakna banyak anak dan cucu.

Dua pekan

Salah satu yang juga pasti disediakan pada saat Tahun Baru adalah mochi yang sedikit mirip jadah di Jawa. Mochi dibuat dari nasi ketan yang diuleni sampai halus betul dan kemudian dibentuk menjadi bola atau kotak.

Membuatnya pun tidak sembarangan. Biasanya pembuat mochi bersembahyang di tengah malam dan setelah mandi subuh, nasi ketan yang sudah tanak dihaluskan. Setelah jadi, mochi bisa langsung dimakan dengan shoyu atau dengan kuah dan sayur, seperti lobak putih, wortel, sawi, atau hasil laut. Ketika mochi disantap dengan kuah kaldu lengkap dengan sayur, jamur, dan udang, hidangan ini disebut ozouni.

Sebagai chef Imari Japanese Restaurant di Hotel JW Marriott Surabaya, Takashi pun berusaha menghadirkan mochi yang khas. Tokyo Ozouni dibuat dari mochi dan jamur shimeji, jamur enoki, bayam china (asia horinzo), udang, ikan, dan ayam dengan kuah tradisional yang bening terbuat dari kaldu ikan (dashi), sake, mirin, dan shoyu. Selain itu, sebagai hidangan penutup disediakan pula mochi zensai. Makanan penutup ini dibuat dari potongan mochi yang dibakar ditambah adonan kacang merah yang direbus dengan gula dan garam selama 4-5 hari serta es krim. Karenanya, rasa manis dan gurih akan berpadu dalam hidangan ini.

Dengan berbagai hidangan mochi, kata Takashi, biasanya seluruh keluarga akan berkumpul di rumah pada Tahun Baru. Adapun saling mengunjungi ke kerabat dan tetangga baru dilakukan pada hari kedua. Perayaan Tahun Baru umumnya baru selesai setelah dua pekan.

Dengan perkembangan zaman, tentu saja tidak semua keluarga di Jepang masih menjalani tradisi ini. Semua tergantung pada individu masing-masing. Memahami akar budayanya dan tetap melestarikan tradisi atau meninggalkannya. Foto: 1 Kompas/Nina Susilo Di Jepang, Tahun Baru adalah saat untuk berkumpul bersama keluarga. Hidangan khas pergantian tahun ini adalah moch. Hidangan yang dibuat dari nasi ketan yang dihaluskan ini bisa dibuat menjadi ozouni yang berkuah (kiri) atau hidangan penutup seperti mochi zensai (kanan).

 

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com