Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengatasi "Burnout" di Tempat Kerja

Kompas.com - 10/01/2010, 05:49 WIB

KRISTI POERWANDARI

KOMPAS.com - ”Burnout” adalah kondisi terperas habis dan kehilangan energi psikis maupun fisik. Biasanya hal itu disebabkan oleh situasi kerja yang tidak mendukung atau tidak sesuai dengan kebutuhan dan harapan.

T (35), perempuan bekerja, bercerita: ”Sudah dua tahun ini saya merasa banyak masalah di tempat kerja. Saya pikir saya sudah berhasil menyelesaikan kebingungan saya sendiri pada akhir tahun lalu dan bikin resolusi untuk tahun ini. Tetapi, pas akan masuk kerja, saya sudah cemas, deg-degan, perut mulas, dan diare.

Sekarang sudah beberapa hari kerja, ternyata saya masih mudah merasa capek, tidak bisa berpikir, lemas. Saya juga kaget, kok bisa lupa pada hal sangat penting yang harus segera saya bereskan. Padahal, pikir-pikir dulu saya bisa menangani banyak pekerjaan sulit dengan cepat.

Sepertinya masalahnya bermula dengan masuknya pemimpin baru di kantor kami. Dia ambisius bikin perombakan total tanpa mendengar suara orang lapangan. Sebagai orang di lini tengah, saya merasa terjepit, sulit sekali meneruskan masukan dari bawahan. Beberapa karyawan tidak dilanjutkan kontraknya dan sepertinya sekarang orang sudah tidak peduli, cuma berpikir bagaimana menyelamatkan diri.

Sebenarnya kalau saya mau gampang, saya melamar saja untuk mengisi lowongan jabatan yang lebih bagus di kantor kami, dan terserahlah unit kerja saya jadinya mau bagaimana. Sepertinya saya akan diterima karena cocok sekali kualifikasinya dengan saya. Tetapi, kekecewaan saya mungkin besar sekali, rasanya tidak ada gairah lagi di sini.

Mau keluar cari kerja di tempat lain saya masih bingung meski keinginan itu besar. Sekaligus saya juga tidak tega dengan staf lapangan di unit kerja saya yang posisinya rentan. Nanti nasib mereka bagaimana, bisa-bisa unit malah ditiadakan. Saya benar-benar tidak tahu harus bagaimana….”

Karakteristik masalah

Tampaknya T sedang mengalami burnout yang parah dan masih berjuang keras untuk mengatasinya. T seolah mengalami situasi energi psikis habis diserap, bahkan berkekurangan dan berutang entah dari mana, untuk memberi bahan bakar bagi keberlangsungan kerjanya. Tuntutan kerja jauh melampaui ketersediaan energi yang ada.

Dalam waktu cukup lama sebagai manajer level tengah ia ingin menjalani tugas maksimal, menciptakan sikap positif, menyemangati bawahan. Tetapi, ia merasa gagal akibat tidak dapat menjadi jembatan yang baik antara atasan dan bawahan. Ia juga sekaligus menghayati banyak ketidaksetujuan dengan nilai-nilai dan pendekatan kerja atasannya, dan merasa sangat terbebani untuk memperbaiki situasi tanpa mengerti harus bagaimana.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com