Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bagaimana Sistem Imun Bekerja?

Kompas.com - 06/03/2010, 07:50 WIB

KOMPAS.com - Kunci utama sistem imunitas yang sehat adalah suatu kemampuan untuk membedakan antara diri sendiri dan benda asing yang masuk ke dalam tubuh. Biasanya ketika ada benda asing yang masuk ke dalam tubuh dikenali maka akan terjadi proses pertahanan diri.

Benda asing apapun yang memicu respons imun ini disebut antigen. Antigen bisa berupa mikroba seperti bakteri, virus, plasmodium, dan jamur; bahkan jaringan tubuh individu lain yang masuk ke dalam tubuh seperti transplantasi organ tubuh bisa saja diperlakukan sebagai benda asing dan bisa menyebabkan reaksi penolakan tubuh. Inilah sebab banyaknya organ transplantasi yang tidak bisa diterima tubuh dan dirusak oleh sistem imun kita.

Secara umum, mekanisme kerja sistem imun tubuh kita adalah sebagai berikut; saat ada antigen (benda asing yang masuk ke dalam tubuh) terdeteksi, maka beberapa tipe sel bekerjasama untuk mencari tahu siapa mereka dan memberikan respons. Sel-sel ini memicu limfosit B untuk memproduksi antibodi, suatu protein khusus yang mengarahkan kepada suatu antigen spesifik.

Contohnya bila seseorang pernah terkena cacar maka biasanya individu tersebut tidak terkena penyakit yang sama lagi atau seandainya terjangkit tidak akan memberikan komplikasi yang fatal serta cepat pulih. Hal ini juga merupakan mekanisme bagaimana imunisasi mencegah penyakit tertentu. Sebuah imunisasi mengenalkan tubuh terhadap antigen dengan cara yang tidak membuat sakit, tapi cukup untuk membuat tubuh memproduksi antibodi yang akan melindungi seseorang dari serangan penyakit tersebut di masa depan.

Antibodi sendiri bisa menetralisir toksin yang diproduksi dari berbagai macam organisme, dan juga antibodi bisa mengaktivasi kelompok protein yang disebut komplemen yang merupakan bagian dari sistem imun dan membantu menghancurkan bakteri, virus, ataupun sel yang terinfeksi.

Pada situasi abnormal, sistem imun bisa salah mengira bagian tubuh kita sendiri sebagai benda asing dan menyerang diri kita sendiri, hal ini disebut sebagai penyakit autoimun. Biasanya antibodi yang menyerang diri sendiri ini bisa terbentuk tanpa aturan karena adanya rangsangan virus sebelumnya, sehingga antibodi ikut beredar ke seluruh tubuh dan dapat memberikan kerusakan organ yang cukup mengkhawatirkan. Sebagai contohnya adalah penyakit Sistemic Lupus Eryhtematosus atau disebut Lupus, dan juga Scleroderma. Selain itu, reaksi otoimun ini bisa menyebabkan ancaman abortus pada kehamilan.

Pada kasus lainnya, sistem imun yang merespons secara berlebihan atau hipereaktif terhadap suatu benda asing sehingga antigen yang masuk ini disebut alergen dan bisa menumbulkan gejala seperti bengkak, mata berair, pilek alergi, bahkan bisa menimbulkan reaksi alergi hebat yang mengancam jiwa yang disebut anafilaksis. Berbagai macam reaksi alergi yang ditimbulkan antara lain adalah asma, eksim, pilek alergi, batuk alergi, alergi makanan, alergi obat dan alergi terhadap toksin.

Jumlah antibodi bisa diukur secara tak langsung dengan jumlah CD4. Jika jumlahnya kurang maka dicurigai seseorang mempunyai penyakit immunocompromized dimana daya tahan tubuhnya sangat rendah, hal ini bisa terjadi pada orang yang terkena HIV/AIDS, dan non HIV (pengguna kortikosteroid lama, individu yang terkena kanker,penyakit kronik seperti gagal ginjal, gagal jantung, diabetes, dll)

dr.Intan Airlina Febiliawanti

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com