Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Masyarakat Jangan Mudah Jadi Pelupa

Kompas.com - 31/03/2010, 13:16 WIB

Masyarakat kita mudah sekali menjadi pelupa. Bencana alam akibat kerusakan lingkungan telah berulang kali terjadi. Akan tetapi, ingatan kolektif justru menjadi lupa ketika harus menjaga kelestarian lingkungan dalam keadaan normal-normal saja.

Begitu juga terhadap korban bencana. Ketika bencana baru saja terjadi, bantuan logistik datang dari berbagai pihak seolah tak bisa dibendung. Namun, setelah masa tanggap darurat lewat, nasib korban bencana tidak lagi menjadi perhatian.

"Saya ingin pindah. Saya trauma bila tinggal lagi di Kampung Makam," kata Isep Sumpena, ayah empat anak yang jadi korban longsor di Kecamatan Samarang.

Bencana tidak hanya menghancurkan rumah dan isinya, tetapi juga telah merenggut "senjata" yang dipakai mencari nafkah bagi keluarga. Alat rias pengantin dan kamera foto berbagai merek, dari Canon, Nikon, hingga Yasica, tertimbun longsor. Maklum saja, selain menggarap sawah seluas 100 bata (1 bata setara 14 meter persegi), suami Susanti itu bekerja sampingan sebagai fotografer pesta pernikahan.

Kini dalam keterbatasan tempat tinggal, Isep mulai menyusun kembali jalan kehidupannya yang terkoyak bencana. Namun, harapan bisa pindah dan mendirikan tempat bernaung bagi keluarga yang aman jangan sampai dilupakan.

Relokasi

Kepala Dinas Sosial, Tenaga Kerja, dan Transmigrasi Kabupaten Garut Elka Nurhakimah mengatakan, pihaknya mengusulkan relokasi 115 rumah korban bencana yang hancur ke Pemerintah Provinsi Jawa Barat. Rumah tersebut berada di Kecamatan Talegong (30 unit), Samarang (72 unit), Kadungora (5 unit), dan Pamulihan (8 unit).

"Apabila disetujui provinsi, korban akan menerima bantuan bahan rumah senilai Rp 15 juta per satu rumah," ujar Elka.

Usulan relokasi tersebut, kata Elka, hanya bagi korban yang rumahnya hancur. Warga yang baru terancam longsor, misalnya, tidak diusulkan untuk direlokasi.

Persoalan relokasi itulah yang menjadi pikiran Camat Karangtengah Asep Suparman. Itu karena saat ini 97 warganya di Kampung Cukang, Desa Cinta, yang mendiami 20 rumah terancam longsor. Sudah sekitar sebulan mereka tinggal sementara di tenda darurat. Hanya sesekali mereka datang ke rumah. Jika cuaca buruk, warga memilih meninggalkan rumah karena takut terkena longsor.

"Warga yang rumahnya terancam longsor memang belum bisa diusulkan untuk relokasi. Padahal, sebenarnya, rumah yang sekarang pun sudah tidak aman lagi untuk dihuni dan direkomendasikan oleh Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi untuk direlokasi," tutur Asep.

Asep berharap, pemerintah mampu memberikan jalan keluar yang bijak bagi warganya yang sedang kesusahan. (Adhitya Ramadhan)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com