Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Obat Penghambat Kanker Prostat

Kompas.com - 03/04/2010, 10:46 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Sebuah uji coba obat untuk mengatasi masalah pembesaran prostat pada pria ternyata efektif mencegah penyakit itu berkembang menjadi kanker.

Empat tahun masa percobaan obat dutasteride yang melibatkan 6.500 pria itu menunjukkan, mereka yang meminum dutasteride risikonya 23 persen lebih rendah terkena kanker prostat dibandingkan dengan yang minum pil plasebo.

Semua responden dalam penelitian itu berisiko tinggi terkena kanker. Sebenarnya, potensi obat jenis ini sebelumnya sudah diketahui mencegah kanker prostat. Pada tahun 2003, para ilmuwan menunjukkan obat sejenis, finasteride, yang mampu mengurangi risiko kanker hingga seperempat pada pria sehat yang memiliki tumor agresif.

Kedua jenis obat tersebut, finasteride dan dutasteride, diresepkan oleh dokter untuk pria yang mengalami pembesaran kelenjar prostat yang bersifat jinak. Pembesaran kelenjar prostat umum dialami oleh pria yang sudah menua dengan gejala berupa sering buang air kecil dan sakit saat berkemih.

Pada uji coba obat terakhir yang dilakukan GlaxoSmithKline, produsen dutasteride, diketahui para pria berisiko tinggi terkena kanker, berdasarkan hasil tes darah, tetapi penyakitnya tidak berkembang menjadi kanker.

Selama penelitian, setiap hari para responden diberikan dutasteride atau plasebo. Dalam kurun waktu riset ini, sebanyak 659 pria meminum obat terkena kanker prostat dan 858 pria dari kelompok yang diberi pil plasebo.

Pada pria yang punya riwayat keluarga menderita kanker prostat, obat itu disebutkan mengurangi risiko kanker hingga 31 persen. Para peneliti yakin, kebanyakan tumor yang terdeteksi selama penelitian sebelumnya mungkin sudah ada, tetapi ukurannya kecil sehingga belum bisa terdeteksi.

Kendati obat ini berpeluang menjadi obat pencegah kanker, para ahli berpendapat bahwa masih diperlukan penelitian lebih lama lagi. "Tentu kami belum tahu apa yang akan terjadi dengan para responden di kemudian hari, apakah mereka akan terkena kanker atau tidak. Itu sebabnya, butuh waktu lebih panjang lagi," kata Dr Helen Rippon, ketua peneliti dari The Prostate Cancer Charity, Inggris, menanggapi hasil penelitian ini.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com