Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Air Diduga Tercemar Sianida

Kompas.com - 29/04/2010, 03:21 WIB

Palu, Kompas - Air tanah di kawasan penambangan emas Poboya, Kota Palu, Sulawesi Tengah, diduga tercemar sianida dan zat kimia berbahaya lain. Pencemaran itu diduga dari penggunaan sianida dan merkuri di areal pertambangan emas yang kian merajalela. Pemerintah Kota Palu didesak melakukan penertiban dan moratorium untuk menyusun tata kelola pertambangan yang ramah lingkungan.

Hal itu dikemukakan Direktur Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Sulteng Wilianita Selviana, Rabu (28/4). Selama ini, limbah pengolahan emas dibuang di lembah terbuka yang dipenuhi tanaman kaktus.

Data Pemerintah Kota Palu dan Kepolisian Daerah Sulteng menunjukkan, saat ini terdapat lebih dari 11.000 tromol dan sekitar 400 tong di Poboya dan sekitarnya.

Tromol dan tong adalah peralatan untuk memisahkan butiran emas dari pasir, tanah, dan bebatuan. Dalam operasionalnya, tromol menggunakan merkuri. Adapun tong menggunakan sianida.

Jumlah penambang, baik warga lokal maupun pendatang, mencapai 10.000 orang.     Umumnya pendatang berasal dari Sulawesi Utara, Gorontalo, Sulteng, dan daerah lain di Sulteng. Areal yang ditambang sekitar 10 hektar.

Anggota DPRD Kota Palu, Danawira Asri, mengatakan, pemerintah harus tegas karena situasi itu mengancam kehidupan warga Kota Palu. ”Sejak dikeluarkan Peraturan Wali Kota Nomor 6 Tahun 2010 tentang pertambangan, Februari lalu, penggunaan sianida makin marak. Peraturan tentang tidak dibolehkannya aktivitas di sekitar permukiman dan bantaran sungai, termasuk penggunaan sianida, tidak diindahkan,” katanya.

Wakil Wali Kota Palu Mulhanan Tombolotutu mengakui, air di sekitar Poboya kemungkinan besar sudah tercemar sianida. Namun, tidak mudah untuk menghentikan aktivitas penambangan karena bisa menimbulkan reaksi tidak diinginkan. ”Yang akan kami tempuh adalah merelokasi pengolahan emas dan memusatkan di Palu Timur,” kata Mulhanan. (REN)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com