Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tiru Cara Anak Makan untuk Diet Anda

Kompas.com - 04/05/2010, 15:27 WIB

KOMPAS.com - Anak-anak adalah mahluk yang polos. Mereka melakukan banyak hal tanpa mereka sadari, namun ternyata memberikan pengaruh yang baik untuk mereka. Misalnya saja, dalam soal makan. Anda sendiri pasti kesal ketika mereka memuntahkan makanan yang tak mereka suka, atau ketika mereka kenyang. Padahal, mereka hanya ingin menunjukkan bahwa mereka sudah kenyang.

Sadarkah Anda, bahwa perilaku anak dalam soal makan ternyata bisa kita tiru untuk menjaga berat badan tidak terus bertambah? Michelle May, MD, penulis buku Eat What You Love, Love What You Eat: How to Break Your Eat-Repent-Repeat Cycle, mengingatkan beberapa kebiasaan makan anak yang kita tinggalkan setelah dewasa:

Hanya makan ketika lapar. Sejak lahir, bayi tahu kapan mereka harus makan, dan mereka menangis untuk memberitahu Anda bahwa mereka lapar. Sayangnya, ketika dewasa, kemampuan ini tidak kita pelajari lagi. Anda bisa memilih makan kapan saja selain karena lapar, entah itu saat ulang tahun teman, ketika stres, waktu iseng, atau selagi ada makan-makan di kantor. Dengan mengenali perbedaan antara perlu dan ingin makan, Anda bisa belajar lagi kapan dan berapa banyak makanan yang Anda butuhkan.

Berhenti makan saat kenyang. Si kecil pasti akan memalingkan muka, tanda bahwa ia tak mau lagi makan. Sedangkan Anda berusaha membersihkan piring Anda meskipun sudah kenyang, karena sadar ada banyak orang kelaparan di dunia. Ini bukan pikiran yang salah, namun Anda bisa mencari cara untuk tidak memaksakan diri menghabiskan makanan di piring. Entah itu dengan membungkusnya (bila makan di rumah makan), atau berbagi dengan teman (jika sejak awal Anda merasa makanan tersebut terlalu banyak untuk Anda).

Cemilan di sela waktu makan. Anak-anak biasanya lebih suka makan makanan ringan, diselingi dengan cemilan sebelum waktu makan berikutnya. Pola makan seperti ini menjaga metabolisme mereka tetap bekerja sepanjang hari. Orang dewasa yang ingin metabolisme tetap baik, perlu meniru cara ini.

Bermain dengan makanan. Makan adalah pengalaman sensorik untuk anak. Mereka senang mencium, menyentuh, dan mengeksplorasi setiap suapannya. Cara seperti ini akan membantu Anda makan lebih sedikit, namun mampu menikmatinya lebih banyak. Anda juga akan menghargai aromanya, penampilannya, dan cita rasanya lebih baik, jika Anda tidak melakukannya sambil menonton TV, mengemudi, atau membaca.

Jadilah picky eater. Anak-anak tidak akan mau makan sesuatu yang tidak mereka sukai, atau makanan yang belum pernah mereka coba. Bayangkan, berapa banyak Anda bisa mengurangi makan jika Anda tidak tetap mengonsumsi makanan yang rasanya kurang Anda sukai.

Belajar mencoba makanan baru. Agar anak mau menyukai makanan yang baru, mungkin Anda harus memaksanya makan 10 kali. Anda bisa menerapkan aturan "dua gigitan". Cobalah dua kali gigitan untuk makanan yang baru. Jika tetap tidak menyukainya, Anda tak perlu memakannya lagi. Tetapi, Anda harus mencobanya lagi kapan-kapan. Nah, hal ini berlaku untuk makanan sehat yang selama ini Anda hindari.

Mengikuti contoh. Apa yang Anda makan, itulah yang akan dimakan anak-anak. Jadi jika sejak ia masih kecil Anda tidak memberikan contoh dengan makan sayur, anak pun tidak akan mengikutinya. Kini giliran Anda untuk mencontoh perilaku baik yang disarankan pada Anda. Jika anak mengikuti pola makan Anda tanpa menyadarinya, sebagai orang dewasa Anda harus mencontoh pola makan yang benar karena Anda tahu apa penyebabnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com