Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

KB Pria, Siapa Takut?

Kompas.com - 05/05/2010, 16:24 WIB

Oleh SOEROSO DASAR

Kontribusi kaum pria untuk menggunakan alat kontrasepsi sebagai peserta Keluarga Berencana di Jawa Barat semakin nyaring terdengar. Peran dan partisipasi kaum pria dalam program KB selama ini dirasakan relatif rendah. Padahal, KB merupakan komitmen berdua, suami dan istri. Keduanya pula yang akan merasakan dampaknya. Akan tetapi, kenapa selama ini hanya wanita yang dominan menggunakan alat kontrasepsi?

Apakah realitas ini dapat dikatakan adil ketika keberhasilan "saham" program KB justru ditunjang oleh kaum wanita? Ketimpangan inilah yang sering dijadikan topik bahasan belakangan ini pada setiap pertemuan yang mengangkat program kependudukan dan KB. Bila ditarik ke belakang, sejarah program ini memang lebih diarahkan kepada wanita.

Semula promosi program sasaran bidik atau segmennya adalah ibu rumah tangga. Namun, seiring dengan perjalanan waktu, keterbukaan, dan kesetaraan, wajar bila tuntutan partisipasi pria terhadap program ini lebih meningkat. Sebab, salah satu arah kebijakan KB pada rencana pembangunan jangka menengah nasional 2010-2014 adalah peningkatan pemakaian alat kontrasepsi yang lebih efektif untuk jangka panjang secara merata. Termasuk di dalamnya adalah partisipasi kaum pria.

Secara absolut dan persentase, setiap tahun peserta KB pria di Jabar meningkat. Namun, persentase dua alat kontrasepsi yang digunakan, yaitu medis operasi pria (MOP) dan kondom, bervariasi naik turunnya. Kalau tahun 2005 peserta KB pria hanya 1,69 persen dari total peserta KB, tahun 2009 jumlahnya sudah mencapai 1,92 persen. Artinya, setiap tahun hanya terjadi peningkatan 0,04 persen. Padahal, target nasional tahun 2009 adalah 4 persen.

Lamban

Bagaimana kita membaca realitas ini? Peningkatan memang terjadi, tetapi relatif lamban. Maka, bisa diterima dengan akal sehat ketika desakan peran pria untuk lebih berpartisipasi dalam program semakin keras terdengar. Bagaimana gambaran partisipasi pria secara lengkap terhadap program KB di Jabar dapat dilihat pada tabel berikut.

Ada beberapa hal yang bisa diformulasikan kenapa gambarannya seperti itu. Pertama, alasan sejarah. Ketika program KB dimunculkan, sudah tertanam citra bahwa KB adalah untuk wanita. Citra tersebut relatif sulit bergeser karena tertanam cukup lama dalam kehidupan masyarakat. Kaum pria seolah tak acuh terhadap penggunaan alat kontrasepsi karena itu adalah urusan wanita. Hingga saat ini di lingkungan masyarakat masih kental terbangun citra bahwa KB untuk wanita.

Kedua, pilihan alat kontrasepsi. Pilihan alat kontrasepsi untuk pria relatif sedikit bila dibandingkan dengan pilihan untuk wanita. Pilihan pria hanya kondom dan MOP, sedangkan untuk wanita mulai pil, suntik, implan, spiral, dan medis operasi wanita (MOW). Begitu banyak pilihan alat kontrasepsi untuk wanita dengan variasi dan kualitas yang beragam. Alat kontrasepsi yang "tengah" bagi pria tidak ada, sedangkan untuk wanita ada, misalnya implan dan spiral.

Sempitnya pilihan alat kontrasepsi pria menjadi tantangan. Menggunakan MOP sering terdengar bisik-bisik mengenai dampaknya walaupun tidak pernah terbukti. Dengan menggunakan kondom, tingkat kenyamanannya relatif berkurang karena tidak bersentuhan langsung. Tidak ada pilihan lain yang lebih nyaman seperti pilihan kaum wanita.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com