Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Memulai Cara Hidup Organik dari Rumah

Kompas.com - 02/08/2010, 15:56 WIB

KOMPAS.com — Memilih produk organik atau alami yang ramah lingkungan bukan hanya menjadi gaya hidup, melainkan lebih kepada pilihan cara hidup. Perempuan bisa mulai menerapkan dari rumah secara bertahap. Bagaimanapun, kebijakan belanja dan pilihan produk di rumah ada di tangan ibu bukan?

Menurut Ir Bibong Widyarti, praktisi dari Aliansi Organis Indonesia/Rumah Organik, masyarakat kota dibanjiri berbagai produk tanpa mengetahui dampaknya bagi lingkungan. Padahal, pilihan produk dan cara hidup yang lebih organis tersedia, tetapi terlupakan atau bahkan ditinggalkan.

"Organik bukan bicara hasil akhir, tetapi bagaimana prosesnya. Organis itu harmonis, sebagai konsumen, produsen, dan lingkungan," papar Bibong dalam talkshow bertema "Pilihan Bijak untuk Alam dan Manusia" dalam kampanye Green and Fair Products inisiatif WWF-Indonesia beberapa waktu lalu.

Selama 14 tahun menjalani cara hidup organik, Bibong membuktikan produk alam yang dipilihnya untuk kebutuhan harian, tak hanya membantu melestarikan alam dan lingkungan, tetapi juga penghematan untuk biaya rumah tangga.

Pola hidup dengan prinsip berkelanjutan ini dijalankan Bibong secara holistik. Misalnya, pengharum ruangan digantikan dengan akar wangi. Lipstik digantikan dengan olesan virgin coconut oil yang banyak diproduksi petani lokal, termasuk prinsip membeli produk lokal daripada impor. Sebab, baginya, hasil alam dari petani lokal lebih memberikan banyak manfaat sosial, lingkungan, dan terutama peningkatan ekonomi produsen lokal.

"Indonesia sebagai negara tropis banyak menghasilkan buah lokal yang kaya vitamin, tak kalah dengan buah impor. Hanya saja, banyak yang meninggalkan buah lokal. Manggis, misalnya, sekarang sudah banyak dikirim ke Jepang daripada konsumsi lokal. Kebanggaan mengonsumsi produk lokal perlu dibangun," papar Bibong kepada Kompas Female.

Bibong berbagi tips menerapkan cara hidup organis yang menurutnya sangat simpel dan mudah:

1. Membedakan kebutuhan dan keinginan
Berapa banyak pakaian yang dibeli tetapi tidak terpakai? Atau produk dengan kemasan yang cantik tetapi tak bisa dipakai kembali? Belanja yang hanya didasarkan keinginan dan bukan kebutuhan merupakan bentuk pemborosan. Tak hanya menghabiskan uang belanja rumah tangga, tetapi tak ramah bagi lingkungan. Plastik pada kemasan akhirnya menjadi sampah menumpuk.

Menggunakan wadah yang ramah lingkungan untuk kebutuhan sehari-hari juga menjadi pilihan cara hidup. Seperti memilih botol kaca yang praktis dibawa ke mana saja sebagai pengganti botol plastik berisi air putih.

2. Pilih makanan segar dan lokal
Memilih sayuran atau buah segar sebagai konsumsi harian selain sehat untuk tubuh juga baik untuk lingkungan. Sampah makanan segar bisa dijadikan kompos dan bermanfaat bagi lingkungan. Sedangkan bagi tubuh, makanan kaya serat ini membantu Anda menjalani pola makan sehat bukan?

Pilih juga buah dan sayur lokal karena dengan begitu Anda membantu petani lokal. Semakin banyak permintaan masyarakat kota dengan produk lokal, produksi meningkat, masyarakat pun (produsen) akan lebih banyak menjaga kelestarian alam dan pohon sebagai sumber produk mereka. Belum lagi perjalanan pengiriman barang yang tak memakan banyak energi.

"Mengirim buah dari Bogor lebih menghemat energi daripada impor buah dari luar negeri," imbuh Bibong, menambahkan buah lokal seperti cempedak, manggis, dan delima memiliki kandungan vitamin C yang tak kalah dengan buah impor yang lebih ramai digembar-gemborkan.

Produk lokal lainnya juga tersedia lebih banyak jika permintaan lebih tinggi. Gula aren, misalnya, bisa menggantikan gula putih, imbuh Bibong. Menurutnya, sebenarnya banyak orang yang sudah mengetahui pilihan produk lokal, tetapi belum mau mengubah pola hidup dengan alasan ketidakpraktisan.

"Perlu juga diperhatikan dampak kesehatan yang hanya akan dirasakan nanti ketika memilih produk. Produk organik atau lokal yang segar lebih menyehatkan karena diproses tanpa bahan kimia," imbuhnya.

3. Pilih produk alami
Deterjen bisa digantikan dengan biji lerak yang mengandung saponin yang menghasilkan busa sebagai bahan pencuci. Bahan alami ini bisa didapatkan di pasar tradisional atau langsung mendatangi sentra produksi di Jawa Tengah atau Jawa Timur, kata Bibong.

"Penggunaan deterjen bisa dikurangi dengan bahan alami ini. Saya mengonsumsi empat kilo lerak untuk kebutuhan mencuci di rumah selama satu tahun. Bahkan, di luar negeri bahan alam ini digunakan untuk mencuci popok karena mengandung antibakteri," akunya.

Kesadaran untuk memilih produk organik, lokal, maupun alami ini penting dimiliki kaum perempuan dengan perannya sebagai ibu. Pilihan ibu bisa menjadi inspirasi bagi anak dan keluarga.

"Perempuan memiliki kekuatan dan kemampuan untuk menyebarkan dan mengajarkan gaya hidup organik. Apalagi ibu paling banyak masanya, seperti arisan atau perkumpulan lainnya," kata Devy Suradji, Direktur Marketing dan Komunikasi WWF-Indonesia, saat talkshow.

Jikapun Anda belum menerapkan cara hidup organik secara holistik di rumah, tak ada salahnya mencoba satu atau dua langkah awal yang berdampak lebih baik bagi alam, lingkungan, serta kesehatan tubuh Anda dan keluarga tentunya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com