Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Inilah Masalah Kulit yang Paling Sering Dialami Bayi

Kompas.com - 09/08/2010, 12:22 WIB

KOMPAS.com - Sebagai orang dewasa, ketika ada nyamuk saja yang menggigit kulit kita, rasanya sudah tidak nyaman, dengan rasa gatal dan bentol yang menyiksa. Bayangkan apa rasanya jika si bayi, yang struktur kulitnya belum sempurna, harus mengalami masalah kulit. Wah, pasti amat tidak nyaman. Padahal, tanpa kita sadari, masalah pada kulit pada bayi adalah kesalahan para orang yang mengurus si bayi, lho.

di acara Johnson's Baby Day yang berlangsung di Epicentrum Walk, Kuningan, beberapa waktu lalu, dr Titi Lestari Sugito, dari Kelompok Studi Dermatologi Anak Indonesia (KSDAI), mengatakan, "Lebih dari 80 persen anak pernah mengalami masalah kulit, apalagi di iklim seperti di Indonesia, yang lembap. Jika tidak dirawat dan dijaga kebersihannya, tak heran akan mengalami masalah."

Berikut adalah masalah-masalah kulit yang paling sering dialami bayi beserta solusinya;
1. Biang keringat
Indikator dari penyakit kulit ini adalah adanya lepuh-lepuh halus sebesar pangkal jarum pentul, dan tampak bintil-bintil merah berukuran kecil. Biasanya di bagian dahi, dada, dan punggung. Amat jamak ditemukan pada anak-anak. Biasanya terjadi karena jalur keringat yang tersumbat dan karena udara di sekitar si bayi panas dan lembab, serta kebersihan yang kurang.
Solusinya, antara lain adalah dengan memastikan aliran udara pada tubuh anak cukup baik, kebersihan kulit terjaga (mandi dengan sabun), dan pakaian yang dikenakan cukup nyaman. Setiap kali bayi terlihat mulai berkeringat, cuci bagian tubuh tersebut, seka, keringkan dengan benar, ganti bajunya.

2. Dermatitis seboroik
Terlihat kulit bersisik, kemerahan, berminyak, terutama di daerah sebore (kepala, muka, telinga, dada, dan lipatan), paling banyak pada bayi usia 4-6 minggu. Menurut dr Titi, ini terjadi akibat menempelnya hormon ibu pada bayi, dan ini merupakan bawaan.

Solusinya, anjur dr Titi adalah dengan mengoleskan baby oil di kulit tersebut semalaman, lalu di pagi harinya dicuci dengan shampo. Biasanya, akan hilang sekitar 6 bulanan. Namun, karena gatal, si kecil menggaruk, akan membuat kulitnya lebih rentan terluka. Pastikan si bayi dalam keadaan nyaman dan terjaga kebersihannya.

3. Kulit kering
Permukaan kulit si bayi terasa kasar, dan kadang melepuh. Kadar kering kulit pun berbeda. Untuk kulit yang keringnya tidak terlalu parah, masih bisa dioleskan lotion atau krim bayi sesuai keperluan dan segera sesudah dimandikan. Namun, jika cukup parah, bisa gunakan baby oil.

4. Lecet
Kulit tampak memerah dan terkadang ada luka. Seringkali dijumpai pada anus bayi. Untuk mengatasi hal ini, diperlukan krim bayi khusus agar mencegah lecet terjadi lagi.

5. Dermatitis popok/diaper rash/ruam popok/eksim popok
Biasa terjadi pada bagian kulit yang tertutup popok. Dipaparkan oleh dr Titi, hal ini terjadi karena cara pemakaian popok yang salah. Setidaknya 50 persen bayi yang menggunakan popok mengalami hal ini. Mulai terjadi di usia beberapa minggu hingga 18 bulan (terbanyak terjadi di usia bayi 6-9 bulan). Biasanya, terjadi karena salah pemakaian popok. Popok memiliki batas kapasitas tampung urin dan tinja. Jika kotoran sudah melebihi daya tampung, bisa jadi akan kembali berkontak dengan kulit. Tak bisa diukur secara kasat mata, memang, namun, sekarang sudah ada beberapa popok yang memiliki pengukur.

Solusinya memang butuh kejelian dari orang yang mengasuh anak. Setiap kali sudah mulai terasa berat, atau sudah terasa agak berat, segera bersihkan dan keringkan daerah kelamin si bayi, beri krim, dan ganti popoknya. Ruam popok paling sering terjadi saat bayi tertidur di malam hari karena kadang orangtua jarang memerhatikan popok si bayi di malam hari.

6. Dermatitis Atopik/Eksim susu
Eksim susu merupakan radang kronik yang terjadi secara berulang, gatal, dan akibat hipersensitivitas. Sebanyak 38 persen terjadi pada bayi yang usianya di bawah 3 bulan, 85 persen lainnya terjadi pada anak usia di 1 tahun pertama, dan sebanyak 95 persen lainnya terjadi sebelum usia 5 tahun.

Dr Titi menjelaskan, bahwa penyebab eksim susu selain karena pada dasarnya adalah hipersensitivitas atau bawaaan dari dalam diri, namun juga ada andil dari luar, yakni lingkungan, alergen (makanan, debu, kuman S. aureus). Biasanya, kulit bayi yang memiliki masalah ini, cenderung kering dan tak memiliki pelindung, jika kelembapan itu hilang atau berkurang, maka akan rentan bereaksi.

Solusinya adalah perawatan kulit yang tepat dan selalu beri kelembapan kulit ekstra. Sehabis ia main, selalu pastikan ia mandi dengan bersih, gunakan sabun, bersihkan menyeluruh, atau jika berkeringat, selalu seka. Jangan lupa dikeringkan, lalu berikan krim untuk perlindungan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com