Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Memerdekakan Perempuan, Memerdekakan Indonesia

Kompas.com - 29/08/2010, 10:35 WIB

"Mereka yang menolak Rifka berdiri antara lain karena melihat urusan rumah tangga, termasuk KDRT, aib jika dikonsultasikan. Apalagi, sampai banyak orang tahu," kata Mei.

Selain itu ada pula yang menyangsikan karena urusan perempuan sudah ditangani negara. Lembaga lain tak diperlukan lagi. Benarkah? Akhirnya terbukti, negara pun butuh lembaga seperti Rifka Annisa sebagai mitra. Sebaliknya, begitu banyak aturan mengatasnamakan moralitas yang menempatkan perempuan pada posisi salah.

Seperti diungkapkan Wakil Ketua Komnas Perempuan Masruchah, saat ini ada 154 peraturan daerah, 19 di tingkat provinsi, yang mengancam pluralisme dan menggunakan tubuh perempuan sebagai alat kontrol. Pelembagaan perda yang mendiskriminasi dan mengkriminalisasi perempuan tersebut juga menggunakan mekanisme demokrasi. Dengan kata lain, ancaman terhadap pluralisme sudah dilembagakan (Kompas, 27/3/2010).

Budayawan Ahmad Tohari pada orasi budaya Rifka Annisa dengan sinis menyindir kaumnya sendiri. "Hei laki-laki, sadar tidak. Kepalamu itu muncul pertama kali ke dunia dari mana? Hargailah ibu, hargailah kaum perempuan," ucap dia.

Realitas perempuan yang terpojok disuarakan pula saat artis dan cerpenis Happy Salma, membacakan cerpennya sendiri yang berjudul Aisyah. Aisyah adalah perempuan yang putus asa. Ia bicara lantang tentang korupsi, tetapi suaminya malah melakukan itu.

Aisyah terguncang. Akal sehatnya mati. Kepercayaannya pada diri sendiri dan suami runtuh. Kalap, anaknya pun dibunuh, dibenamkan ke air. "Kamu masih bayi, kalau mati masuk surga," begitu kata si ibu, sesaat sebelum membunuh sang jabang bayi.

Wajah Aisyah barangkali sebagian rupa perempuan Indonesia yang tertatih-tatih menggapai kemerdekaannya. Tak salah, bila memerdekakan perempuan sesungguhnya juga memerdekakan Indonesia.

(Lukas Adi Prasetya)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com