Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Olahraga, Memburu Lemak Tersembunyi

Kompas.com - 15/09/2010, 14:31 WIB

KOMPAS.com — Duke University mengumumkan, olahraga adalah salah satu cara yang paling efektif untuk menghilangkan tumpukan lemak, bahkan sampai yang paling tersembunyi sekalipun. Penelitian yang dipublikasi dalam The Journal of Physiology ini diketuai oleh pakar fisiologi Cris Slentz, PhD.

Slentz bersama timnya menyimpulkan, ketika kita jarang berolahraga, maka proses pembentukan lemak pada bagian dalam perut semakin cepat terjadi. Padahal sebenarnya, dengan intensitas olahraga yang moderat saja, kita bisa membabat habis satu lapisan lemak. Maka dari itu, dapat dibayangkan apa yang terjadi jika kita rutin berolahraga, lemak-lemak yang terbakar pun semakin banyak dan lingkar pinggang semakin ramping.

“Jika kita mulai menyadari hal ini, maka sebenarnya sangat mudah untuk memiliki tubuh yang proporsional. Semuanya dimulai dari pikiran kita dan hanya ini yang mengendalikan berat badan kita,” Slentz menyakinkan.

Slentz kemudian menjelaskan, nama lain dari lemak bagian dalam tubuh adalah visceral fat. Ia melingkari seluruh perut kita. Lemak ini akan membebani kerja organ-organ penting kita sehingga efek sampingnya pun beragam, mulai dari gangguan jantung hingga diabetes tipe 2 atau biasa disebut sebagai sindrom metabolik. “Sindrom metabolik adalah kumpulan penyakit yang terjadi akibat lemak perut kita.”

Dan jika kita berpikir lemak perut yang menyebabkan sindrom metabolik hanya dialami oleh orang dengan obesitas, maka sebaiknya mulailah berpikir dua kali. Pasalnya, Slentz menemukan fakta, orang kurus pun bisa memiliki tumpukan lemak. Hanya, banyak orang tak begitu memerhatikannya karena ia berada cukup dalam di perut. "Jadi seolah tak terlihat, padahal sebenarnya ada," Slentz menambahkan.

Slentz melakukan penelitian ini dengan melibatkan perempuan dan laki-laki sebanyak 175 orang. Berikut karakteristik responden yang ikut dalam penelitian Slentz :

• Orang dengan kelebihan berat badan, sebagian besar tidak aktif berolahraga dan memiliki masalah kolesterol. • Usianya berada di antara 40 dan 65 tahun. • Responden perempuan sudah berada dalam fase postmenopause. • Tidak ada yang mengalami gangguan diabetes, hipertensi, dan berniat untuk menjalani program diet.

Lalu apa yang mereka lakukan selama 6 bulan penelitian bersama Slentz? Responden dibagi dalam 3 kelompok, berdasarkan intensitas aktivitasnya:

• Kelompok pembanding tidak diminta melakukan olahraga apa pun • Melakukan olahraga dengan intensitas moderat. Ini sama dengan berjalan 19 km per minggu. • Melakukan beragam olahraga intensitas berat. Ini sama dengan jogging 19 km per minggu. • Melakukan olahraga dengan intensitas olahraga berat. Ini sama dengan jogging 32 km setiap minggu.

Adapun alat yang digunakan untuk kelompok yang melakukan olahraga beragam, mulai dari treadmills, sepeda statis, hingga elliptical trainers (sepeda magnetik dengan pelatih lengan dan dada). Selama melakukan latihan, respoden diawasi menggunakan monitor pacu jantung untuk melihat sejauh mana mereka kuat menjalani serangkaian latihan. Dengan demikian, semuanya berjalan sesuai kebutuhan tubuh. Hasilnya?

• Kelompok yang tidak melakukan latihan apa pun mengalami penumpukan lemak perut lebih banyak, sampai 9 persen! • Lemak perut tak berkurang secara signifikan pada kelompok yang hanya berolahraga ringan. Namun, mereka lebih bugar dari sebelumnya. • Lemak perut berkurang rata-rata 7 persen pada responden yang melakukan olahraga berat.

Melihat hasil penelitian ini, Slentz tidak mau terburu-buru mengatakan bahwa kita semakin hari semakin malas bergerak karena jumlah orang yang mengalami kelebihan berat badan semakin tinggi. “Kita hanya terlalu lama menghabiskan waktu dengan duduk di belakang meja komputer tanpa berpikir untuk bergerak. Inilah awal ketidakseimbangan tubuh terjadi.”

Oleh karena itu, Slentz menyemangati kita untuk tak selalu terpaku di belakang meja komputer. Bangun dan berolahragalah. Sedikit gerakan pembakar lemak akan menghapus tumpukan lemak dengan cepat. “Kuncinya hanya satu, lakukan sekarang dan jangan tunda lagi!” (PreventionIndonesiaonline/Siagian Priska)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com