Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

House of Leather, Pembeli Bisa Bawa Model Sendiri

Kompas.com - 01/11/2010, 08:06 WIB

Para pekerja ini umumnya bekerja dari pukul 08.00 sampai pukul 19.00. Upah yang diperoleh untuk pemotong adalah Rp 40.000-Rp 60.000 per lusin tas jadi. Adapun untuk penjahit sekitar Rp 200.000 per lusin tas jadi.

”Kalau sedang ramai, seminggu bisa dapat Rp 500.000 dan anak-anak (pemotong kulit) sekitar Rp 150.000. Lumayanlah, yang penting bisa makan,” kata Suneni yang memiliki tiga anak, dari yang berpendidikan TK sampai STM.

Setiap harinya para perajin ini memperoleh uang makan Rp 15.000 per orang, sementara untuk akomodasi mereka bisa tinggal di rumah Suneni. ”Kalau ada yang sakit, kami dikasih uang untuk berobat,” tuturnya.

Model tas yang diproduksi HoL biasanya terinspirasi dari berbagai jenis tas yang ada di majalah-majalah wanita. Namun, banyak juga pembeli yang membawa contoh jadi dan kemudian minta dibuatkan replikanya.

Suneni, misalnya, menunjukkan contoh gambar yang harus dikerjakannya. ”Dari semua proses ini, yang paling sulit adalah menjahit dengan benang besar, terutama untuk tas yang bentuknya kotak karena jahitan harus terjaga rapi meskipun bidangnya melengkung,” kata Suneni yang mengaku kontrol kualitas produk cukup ketat. ”Pernah juga tas yang kami produksi dikembalikan,” katanya.

Tertolong PKBL
House of Leather mulai memproduksi tas kulit untuk keperluan perorangan pada 1990-an. Pada awalnya, produksi tas hanya mengikuti order yang diminta oleh toko-toko tas di Bandung.

Kemudian, selama dua tahun HoL bekerja sama dengan sebuah toko tas di Bandung dengan cara konsinyasi (titip jual). Namun, tahun 1997-1998 krisis keuangan melanda Indonesia. Produksi pun berhenti.

HoL yang masih memiliki bahan baku kulit kemudian kembali melayani pesanan tas individual. ”Kebetulan kami punya ruangan sedikit di sini, ya, sudah dijadikan saja show room,” kata Deden.

Untunglah tahun 1999 HoL memperoleh bantuan modal dari Pertamina lewat Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) dan menjadi mitra binaannya sampai sekarang.

”Selain modal, kami juga dibantu promosi. Hasilnya beda banget. Di tahun pertama saja kami sudah diajak mengisi pameran di Inacraft. Dari sana nama kami mulai dikenal. Order pun meningkat, terutama dari kalangan Dharma Wanita,” lanjut Deden.”

Kini, dalam sebulan HoL bisa menjual rata-rata 100 sampai 150 tas. Pesanan akan melonjak menjelang bulan puasa, bisa sampai 300 tas. Sementara omzet per bulan rata-rata mencapai Rp 20-30 juta. ”Kalau menjelang Ramadan, bisa mencapai Rp 50 juta, tetapi tidak pernah lebih dari itu,” ungkapnya.

(Myrna Ratna/Agus Hermawan) 

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com