Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Risiko Kontaminasi pada Susu Formula

Kompas.com - 11/11/2010, 09:56 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Tahun 1939, saat berbicara di hadapan Rotary Club, Singapura, Dr. Cicely Williams sudah menyadari akan bahaya susu formula bubuk. la sangat marah melihat banyaknya bayi yang meninggal karena tidak diberi air susu ibu (ASI). Menurutnya, propaganda yang keliru terhadap makanan bayi sebaiknya dihukum sebagai suatu bentuk kriminalitas.

Hal tersebut tidak sepenuhnya keliru. Banyak ahli melihat bahaya yang bisa muncul dari susu formula bubuk. Salah satu di antaranya adalah kontaminasi intrinsik pada susu formula.

"Susu formula yang dijual itu bukanlah produk steril. Karena susu formula serta pabriknya itu sendiri juga bisa terkontaminasi," ujar David Clark, legal officer dari Badan PBB untuk masalah anak-anak dan pendidikan (Unicef).

Itu sebabnya, pada World Health Assembly tahun 2005 para anggota menyatakan, untuk memastikan adanya informasi dan pelatihan petugas kesehatan dalam hal penyiapan, penggunaan, dan penanganan susu formula bubuk.

Juga diinformasikan bahwa susu formula bubuk dapat mengandung mikroorganisme patogenik dan harus disiapkan dan digunakan secara tepat. Satu hal lagi, mereka harus memastikan adanya peringatan secara eksplisit dalam kemasan, yaitu susu formula bisa terkontaminasi dan tidak steril.

Untuk meminimalisasi risiko kontaminasi, WHO membuat panduan. "Sebenarnya satu-satunya cara untuk menyiapkan susu formula agar tidak terkontaminasi adalah dengan menggunakan air sangat panas, yaitu lebih dari 70 derajat Celsius. Sayangnya hal ini sulit dilakukan," imbuh David.

David juga mengingatkan bahwa susu formula yang terkontaminasi bukanlah berasal dari produsen kecil, melainkan dari produsen besar. Ini yang menurut David harus diketahui oleh banyak orang agar mereka dapat besar-benar mempertimbangkan dalam pemberian ASI atau tidak. (Diana Yunita Sari)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com