Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dan Tuhan Pun Mendongeng

Kompas.com - 21/11/2010, 04:02 WIB

Clara Ng 

Tuhan menciptakan manusia sebab Dia senang mendongeng 

Mendongeng adalah bentuk paling awal dari tradisi oral. Kebanyakan dimulai dari kisah yang dipresentasikan dengan kombinasi gerakan tubuh dan ekspresi wajah. Mendongeng menjadi bagian penting di sebuah masyarakat, bentuk hiburan rakyat yang bisa digabungkan dengan puisi, musik, dan tari-tarian. Dalam perkembangannya, cerita-cerita zaman kuno tersebut diukir, dilukis, disimpan—diharapkan dapat abadi—di batu, tulang, gading, bambu, daun, dan lain-lain. Di zaman sekarang, mendongeng disimpan dalam bentuk kertas dan digital. 

Manusia terlahir untuk menyenangi dongeng, terlebih-lebih anak-anak. ”Ceritakan padaku satu kisah” adalah permintaan yang sering diucap oleh siapa saja. Mendongeng adalah bagian yang tak terpisahkan dengan diri manusia sejak masih kecil sampai menjadi besar. Dongeng dapat dengan mudah menerjemahkan nilai-nilai yang dianut oleh masyarakat, seperti moral, budaya, dan tingkah laku. 

Di tengah kesibukan kaum urban yang semakin tinggi, kehadiran televisi dan benda-benda elektronik lainnya seperti game, handphone, dan iPod dapat menggeser kegiatan mendongeng orangtua kepada anak. Padahal, kemampuan benda-benda tersebut tidak akan berhasil menggantikan kehebatan mendongeng sebagai bagian dari komunikasi antarmanusia yang hangat dan mesra. Ini menjadi hal yang memprihatinkan. Bayangkan bagaimana televisi dapat membuat anak-anak terpaku pada televisi sehingga makan ditelan secepat-cepatnya. Atau meja makan menjadi senyap sebab setiap anak menikmati permainan di game-nya.

Kegiatan ”nun jauh di sana...” sepantasnya dijadikan pengikat kuat relasi antar-anggota keluarga untuk melawan hantaman teknologi yang bersifat individual. Anak-anak yang sakit dan harus tinggal di ranjang dapat dihibur dengan didongengkan, bukan diberikan iPod dan dinyalakan televisi. Keluarga berkumpul di meja makan untuk saling bercerita, bukan di depan televisi. 

Mendongeng di Festival Bercerita

Festival Bercerita yang diadakan di Bentara Budaya Jakarta (BBJ) tanggal 11-14 November menjadi oase kesegaran di antara ratusan keping iklan di mal, koran, dan billboard tentang penjualan barang-barang elektronik yang mempromosikan hiburan bagi manusia-manusia yang kesepian. Festival ini sudah yang kesembilan kalinya diadakan, digagas dan dirintis oleh Dr Murti Bunanta, sosok teguh di balik Kelompok Pencinta Bacaan Anak.

Festival Bercerita IX berlangsung selama lima hari. Program acara diisi penuh dengan agenda mendongeng. Menyaksikan cerita demi cerita yang dipersembahkan oleh anak-anak dan orang dewasa, penonton terpikat. Perhelatan langsung ditujukan pada pokok dan praktiknya, yakni mendongeng, sehingga para peserta bisa merasakan manfaat bagaimana mendongeng dapat menyatukan banyak hati. Lihatlah bagaimana dongeng dapat disampaikan dengan berbagai cara; ada anak usia dua belas tahun yang mendongeng sambil menari dan menyanyi, ada sekelompok anak yang mendongeng dengan berteater, ada Pak Raden yang mendongeng sambil menggambar. 

Kelompok Pencinta Bacaan Anak, sebagai salah satu sponsor dan pendukung utama Festival Bercerita, adalah organisasi nirlaba independen, didirikan pada tahun 1987. Sekarang kiprahnya bukan saja sudah menembus dunia internasional, tetapi juga tetap menjadi pemerhati buku cerita anak-anak serta bekerja untuk menyebarkan kerinduan akan dongeng di semua kota terpencil di Indonesia. 

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com