Sleman, Kompas — Ancaman gangguan pernapasan harus diwaspadai warga yang sudah pulang ke rumah setelah sebelumnya mengungsi. Debu vulkanik Gunung Merapi yang masuk ke dalam rumah dan menempel ke perabot harus dibersihkan secara hati-hati. Cara terbaik adalah memakai masker.
”Urusan memakai masker tolong jangan disepelekan. Debu vulkanik Merapi adalah partikel yang butirannya halus, bisa langsung terhirup sehingga bisa menimbulkan gangguan pernapasan. Saya melihat banyak warga terutama lansia belum menyadari hal itu,” kata Mafilindati, Kepala Dinas Kesehatan Sleman, DI Yogyakarta, Jumat (26/11).
Memakai masker secara tepat juga belum dipahami semua warga. Misalnya, meletakkan sisi yang ada kawatnya menempel di hidung. Banyak warga yang mengenakan hanya di mulut, dengan alasan ribet dan sulit bernapas lega jika masker dipasang penuh.
”Gangguan pernapasan banyak dilaporkan oleh puskesmas-puskesmas dan posko-posko medis. Ini harus dicermati. Namun, gejala-gejala lain, seperti batuk dan demam, sebaiknya juga diantisipasi. Segera saja berobat ke puskesmas terdekat atau posko,” katanya.
Saat ini, selain Dinas Kesehatan Sleman, terdapat 29 posko kesehatan dari berbagai instansi, lembaga, ataupun perorangan yang membantu penanganan bencana Merapi. Satu posko mempunyai satu hingga beberapa unit yang disebar ke sejumlah titik.
Tanpa masker
Dari pengamatan Kompas di wilayah Kecamatan Turi, Pakem, Ngemplak, dan Ngaglik, selama sepekan terakhir ini, banyak warga lansia yang membersihkan rumah dan perabot tanpa mengenakan masker.
Dinas Kesehatan Sleman juga akan mengecek sarana air bersih di rumah-rumah warga. Hal itu karena abu vulkanik Gunung Merapi banyak yang mengisi sumur-sumur ataupun tempat penampungan air warga. Salah satu cirinya adalah air sumur berwarna keruh. (PRA)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.