Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

1001 Cara Melawan Bisnis Layanan Seks Perempuan

Kompas.com - 08/12/2010, 16:57 WIB

KOMPAS.com - Semakin pesatnya perkembangan bisnis layanan seks saat ini, dan keyakinan bahwa pelacuran adalah bisnis tertua di dunia (yang sulit diganggu-gugat), membuat banyak dari kita yang mengacuhkan masalah ini. Kita sekadar merasa prihatin dengan nasib para perempuan yang menjual layanan seks, namun merasa ini bukan masalah kita. Kita juga sepakat orang-orang terdekat kita yang berjenis kelamin pria tak mungkin menjadi pelanggan bisnis layanan seks, karena merasa mereka pria baik-baik yang cinta keluarga.

Namun, Nori Andriyani -penulis buku Jakarta Uncovered: Membongkar Kemaksiatan, Membangun Kesadaran Baru- mendesak perlunya kita mengubah pola pikir masyarakat mengenai bisnis layanan seks. Hanya karena bisnis layanan seks perempuan sudah terjadi selama ribuan tahun, bukan berarti tidak ada yang bisa kita lakukan untuk mengubahnya. Jangan pesimis pula dengan berpikir bahwa yang dilakukan satu orang tidak akan mungkin menghapuskan perdagangan seks perempuan. Justru sikap menyerah, tak peduli, dan tak berdaya, hanya menunjukkan dukungan terhadap penindasan perempuan ini.

Lalu, apa yang dapat kita lakukan untuk menciptakan kesadaran baru bagi masyarakat mengenai bisnis layanan seks ini?

Nori mencatat, setidaknya ada tiga pihak yang harus "dibangunkan" untuk melakukan tindakan pertama menghapuskan perdagangan seks.

1. Pihak pertama adalah diri kita sendiri, kaum perempuan yang menjadi silent majority. Perempuan harus mampu menarik keluar diri kita dari rasa ketakberdayaan untuk dapat melakukan sesuatu dalam hal kebiasaan lelaki membeli layanan seks perempuan.

"Bongkar pikiran kita, bahwa ini bukan masalah orang lain, melainkan masalah kita bersama," tuturnya, saat talkshow bukunya di kantor The Women Research Institute, Kalibata, Jakarta Selatan, Kamis (2/12/2010) lalu. Kaum perempuan harus mendidik diri sendiri dengan mengubah cara berpikir yang memberi legitimasi pada lelaki untuk menggunakan jasa layanan seks perempuan.

Pemikiran yang menyatakan bahwa istri tak berhak mengetahui keberadaan suaminya saat di luar rumah, berpotensi untuk diteruskan oleh si ibu kepada anak-anak perempuannya. Pemikiran ini salah, dan Anda berhak tahu kemana suami, kakak laki-laki, atau anak laki-laki Anda pergi.

2. Pihak kedua adalah keluarga. Anda perlu bersikap asertif untuk menyadarkan suami yang suka "jajan". Bila hambatannya adalah ketergantungan ekonomi, paling tidak Anda bisa memberikan pendidikan alternatif mendidik anak-anaknya, agar anak lelaki tidak menjadi calon konsumen, dan anak perempuan menjadi calon korban. Mendidik anak lelaki penting sebagai upaya memutus mata rantai bisnis seks ini.

Pendidikan setara gender perlu diberikan, untuk tidak membedakan antara anak perempuan dan lelaki, sehingga dapat merugikan salah satu jenis kelamin. Sosialisasi nilai perempuan yang stereotip seperti harus penurut, lemah lembut, tidak bersuara keras, melayani suami, mengurus anak dan rumah tangga, dapat merugikan perempuan dan masyarakat.

"Proaktiflah mendidik anak, saudara, atau keluarga yang lain, terhadap cara berpikir bahwa membeli seks itu bukan sesuatu yang normal," kata Nori. Anak laki-laki harus diajarkan untuk menghormati perempuan, dan menghargai seks dengan penuh tanggung jawab. Sedangkan anak perempuan harus tumbuh dengan memiliki harga diri dan percaya diri.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com