Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rendang Pun "Berselancar" di Internet

Kompas.com - 26/12/2010, 03:39 WIB

Revolusi teknologi digital membawa perubahan pada hampir semua aspek kehidupan kita. Bahkan, orang Jepang yang ingin makan rendang Padang tinggal kirim ”e-mail” ke penjualnya. Dan, rendang pun ”datang sendiri” ke rumahnya. Budi Suwarna dan Sarie Febriane

Mbok Idem (40) tampak sangat sibuk. Tangannya gesit membungkus cabai, ujung bahu dan pipinya menjepit telepon genggam. Sambil melayani pembeli yang datang langsung berbelanja di lapak sayurnya, Idem menerima pesanan ikan patin segar lewat telepon. ”Ada lagi yang mau dipesan?” ujarnya kepada pelanggannya di ujung telepon, Rabu (22/12).

Saat ada sela, Idem bergegas mengantar ikan patin pesanan itu ke rumah pelanggannya dengan sepeda motor. Dalam dua jam, pedagang sayur yang mangkal di Kompleks Pondok Hijau, Ciputat, itu bisa bolak-balik lima kali mengantar pesanan.

Jasa pesan-antar dilakoni Idem sejak enam tahun lalu. Semua mengalir begitu saja tanpa rencana. Awalnya hanya 1-2 pelanggan yang memesan sayur-mayur via telepon, lama-lama jadi banyak. Idem pun mafhum, zaman telah berubah. ”Sekarang orang beli cabai sebungkus saja lewat telepon, tapi saya siap mengantar.”

Verni Dian Hidayanty (28) juga memanfaatkan teknologi komunikasi untuk berjualan. Sejak tahun yang lalu dia menjajakan rendang padang bermerek ”Uni Erieza” melalui internet. Pembeli tinggal memesan melalui e-mail, Facebook, atau telepon. Pesanan akan diantar kurir. Dengan cara itu, rendang buatan Verni bisa dinikmati pembeli di Jabodetabek, Yogyakarta, Kalimantan, bahkan hingga Jepang.

Selain Verni, ada jutaan orang yang memanfaatkan internet untuk jualan, mulai dari terasi, RBT, sampai mobil Mercy. Bahkan, jasa yang terdengar tak lazim pun ditawarkan. Salah satunya adalah layanan menjemput barang tertinggal. Febri (34) pernah memanfaatkan jasa yang disediakan situs ”Asistenpribadi” itu enam tahun lalu. Ketika itu, surat cuti yang harus dia serahkan kepada pimpinannya di kantor tertinggal di rumah. Dia segera menelepon pengelola ”Asistenpribadi” dan petugas situs mengambil surat tersebut ke rumah Febri di Cinere. Febri tinggal membayar jasa layanan dan persoalan pun beres.

Jadi, apa yang tidak bisa dilakukan di era ketika ruang dan waktu bisa dimampatkan oleh teknologi? Semua orang, asal terhubung dengan dunia digital, punya akses yang sama untuk berlomba dalam percepatan penetrasi pasar global. Polanya mungkin sama dengan telemarketing atau teleshoping yang digunakan para kapitalis tulen dalam merebut pasar global.

Bertetangga secara aneh

Begitulah, di era serba digital ini, cara orang mengonsumsi, memproduksi, dan berjualan telah berubah secara radikal. Tidak hanya itu, pola relasi sosial ikut berubah. Pada zaman ini, orang kian intim bergaul lewat jejaring sosial. Mereka berbagi informasi, curhat, atau hasrat melalui Twitter atau Facebook, bahkan dengan orang yang belum tentu mereka kenal. Ajaibnya, mereka merasa sangat dekat dan akrab.

Tony, warga Cipinang, bercerita, dia berkomunikasi intens dengan seorang artis terkenal meski tidak pernah bertemu secara fisik. Ketika pertemuan fisik terjadi, Tony dan artis itu langsung akrab seperti sudah lama sekali berteman.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com