Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Batik Chic, Hanya Dibuat dari Batik Tulis

Kompas.com - 19/01/2011, 10:17 WIB

KOMPAS.com - Tidak mudah memang meninggalkan pekerjaan yang telah digeluti lebih dari 11 tahun, apalagi saat tidak ada pekerjaan baru menanti. Jika biasanya kita memulai hari pagi-pagi benar, mengarungi kemacetan Jakarta, lalu bekerja hingga pukul 18.00 nanti, sekarang kita harus menghabiskan hari-hari berdiam diri di rumah. Bagi banyak orang, mungkin ini dijadikan alasan untuk menurunkan standar dan mencari pekerjaan hanya untuk menyibukkan diri. Ada juga yang justru menikmati kesempatan untuk bermalas-malasan.

Namun, bukan ini yang dialami Novita Yunus. Kini, sejak hampir satu tahun berhenti bekerja, ia telah membuka hampir 20 butik Batik Chic yang tersebar di seluruh ibukota.

"Sebenarnya semua pengalaman ini terasa sangat lucu, karena satu tahun lalu, saya bahkan tidak bisa membayangkan hidup akan membawa saya seperti sekarang," ujar Novie, sapaan perempuan lulusan Universitas Padjadjaran Bandung ini.

Sejak masih duduk di bangku kuliah, Novie sudah tahu keinginannya; ia ingin bekerja di bank. Cita-citanya tidak tercetus tiba-tiba, karena ia memang terinspirasi oleh sang ayah yang juga bekerja di bidang yang sama. Lebih aneh lagi, Novie ternyata memegang gelar sarjana hubungan internasional.

"Ya, sudah lama saya tertarik bekerja di bank. Saya mau mengikuti jejak ayah yang sangat mencintai pekerjaannya. And I did love this job, too. Saking sukanya, saya menghabiskan sebagian besar waktu di kantor, dan berkarier selama 11 tahun," jelasnya.

Memang benar, pekerjaannya dulu sangat menyita banyak waktu. Apalagi, ia memegang posisi sebagai branch manager di salah satu bank di bilangan Pondok Indah. "Dengan posisi tersebut, mau tak mau sayalah yang harus memegang kunci kantor. Jadi, saya mesti tiba lebih dulu setiap pagi dan pulang paling akhir," kenangnya.

Sayangnya, dengan kemajuan dalam karier berarti ia harus mengorbankan waktu bersama suami dan ketiga anaknya. Memang, ini adalah dilema yang selalu dihadapi para perempuan bekerja. Namun, setelah 11 tahun, Novie memutuskan sudah waktunya ia melakukan perubahan. "Saat berhenti bekerja di bulan November tahun lalu, saya harus melalui proses adaptasi yang cukup lama. Di bulan-bulan pertama, saya masih terbawa rutinitas pegawai kantoran, seperti bangun pagi dan mulai bekerja dengan laptop atau sekadar membaca berita. Sempat ada rasa khawatir akan masa depan. Apa lagi yang dapat saya lakukan, bisakah saya kembali ke dunia kerja? Pernah juga tercetus ide untuk menjadi seorang konsultan," ujarnya.

Namun, salah satu hal yang menenangkan hati Novie adalah saat ia menghadiri seminar bertajuk Quantum Ikhlas bersama sang penulis, Erbe Sentanu. Di sini ia belajar untuk menjalani hidup dengan lebih tenang dan berhenti merasa takut. "Seminar tersebut mengingatkan saya bahwa sesungguhnya setiap manusia sudah memiliki porsinya masing-masing dalam hidup, mulai dari masalah jodoh sampai rezeki. Saat kita percaya, maka tidak ada lagi gunanya mengkhawatirkan hal-hal kecil," paparnya.

The start of something new
Jika ingin membuka usaha baru, mulailah dari sesuatu yang kita suka, demikian selalu saran untuk pewirausaha baru. Inilah yang dilakukan oleh Novie. "Saya sangat menggilai tas. I'm a bag person. Jadi, beberapa saat setelah berhenti bekerja, saya memutuskan untuk menghadiahi diri sebuah tas collector's item yang istimewa. Tapi, saat melihat harganya sangat mahal, akhirnya saya mengurungkan niat tersebut. Dari sinilah awal munculnya ide membuat bisnis tas," jelasnya dengan penuh semangat.

Akhirnya bulan April 2010, gerai Batik Chic pertama pun dibuka. Pada awalnya memang fokus Novie adalah memproduksi tas sesuai passion-nya. Keputusan untuk mengeksplor batik juga bermuara dari pengalaman masa lalunya. "Waktu kecil saya tinggal di Jogja. Ibu saya sering membantu teman dan saudara untuk menjual batik ke Jakarta. Jadi, saya sering membantu ibu belanja batik ke pasar. Ketertarikan saya dengan batik bermula dari sana, dan terus berlanjut hingga sekarang."

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com