Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Biar Kurus, Alasan Utama Wanita Berolahraga?

Kompas.com - 01/02/2011, 19:10 WIB

KOMPAS.com Pusat-pusat kebugaran kini semakin banyak dan makin menjangkau kawasan kota penyangga Jakarta. Untuk menarik minat masyarakat agar bersedia bergabung, umumnya tempat-tempat ini memasang iklan seperti, "Celebrate your way into great shape!" atau "It's time to lose big!". Dari situ, kita bisa melihat bahwa iming-iming saat berolahraga adalah untuk menurunkan berat badan atau mendapatkan bentuk badan yang indah.

Cobalah untuk memasuki salah satu pusat kebugaran dan ngobrol dengan staf pemasarannya. Mereka pasti akan menanyakan, apa tujuan Anda bergabung menjadi anggota. Kemungkinan besar mereka akan langsung menduga bahwa Anda ingin menurunkan berat badan. Mungkin sambil sedikit melirik bagian perut Anda yang agak membuncit.

Lalu, hanya itukah manfaat olahraga? Bukankah target menurunkan berat badan kerap menjebak pelakunya? Karena merasa terpaksa, banyak orang tidak mampu berkomitmen untuk tetap rutin berolahraga demi mencapai angka tertentu pada timbangannya. Tidakkah calon anggota justru harus diberi wawasan tentang banyak kesenangan lain yang ditawarkan dengan rutin berolahraga? Menjadi bugar, misalnya, untuk merasa nyaman dengan tubuhnya, mengurangi stres, juga bersosialisasi, seperti yang ditawarkan lewat group exercise.

Kenyataannya, target menjadi kurus ternyata tidak efektif untuk 80 persen perempuan Inggris yang tidak cukup banyak berolahraga untuk menjaga kesehatannya. Demikian dikatakan Sue Tibballs dari kelompok Women's Sport and Fitness Foundation. "Rasanya seperti seluruh energi negatif yang kita masukkan untuk mengontrol tubuh kita dengan diet atau operasi tidak didorong oleh rasa cinta pada diri kita. Kita ini benar-benar membuang waktu dengan berperang melawan tubuh kita," katanya.

Namun, ketika perempuan rutin berolahraga, menurut dia, mereka menjadi lebih positif. Sebab, fokus mereka berubah, dari bagaimana rupa tubuh mereka menjadi apa yang bisa mereka lakukan.

Bila kaum pria cenderung akan menyukai olahraga dan latihan, bagi perempuan, olahraga merupakan pekerjaan rumah untuk memperbaiki penampilan. Ketika majalah online untuk kaum feminis, Jezebel, menayangkan sebuah artikel mengenai bagaimana olahraga mengubah cara berpikir perempuan mengenai tubuh mereka, respons mengalir deras.

"Ada perasaan kuat yang tak bisa digambarkan, seperti suatu rahasia yang saya simpan, bahwa di balik pakaian saya terdapat tubuh yang kuat. Tubuh yang bisa melompat, menendang, memukul, berenang, mendaki, mengangkat, dan berlari sangat cepat," begitu tulis seorang pembaca.

Tibballs mengatakan, sikap ini ternyata banyak ditemui pada perempuan yang memang ingin menurunkan berat badannya. Suatu ketika, kelompoknya mengadakan proyek Sweat in the City yang melibatkan 2.000 perempuan usia 15-24 tahun.

"Mereka semua ikut karena ingin menurunkan berat badan. Tetapi, setelah mereka menjalankan latihan teratur, hasrat untuk menjadi kurus itu jadi enggak terlalu penting meskipun mereka tidak berhasil menurunkan berat cukup banyak. Mereka merasa lebih baik dan ukuran pakaian yang mereka kenakan tidak penting lagi," kata Tibballs.

Ia juga menceritakan bagaimana seorang temannya berlatih keras untuk maraton dan mengira akan membuat berat badannya turun. Perempuan ini jadi sangat frustrasi karena ternyata dugaan itu salah. "Waktu ia berkonsultasi ke dokter umum, dokternya bertanya, 'Bagaimana perasaan Anda?' Ia bilang, 'Saya merasa hebat.' Karena itu, dokternya bilang, 'Jadi, masalahnya apa?'" tutur Tibballs.

Nah, untuk Anda yang baru akan bergabung dengan kelas-kelas pelatihan, tunjukkan bahwa badan yang langsing bukan target Anda. Anda ingin lebih bugar, rileks, nyenyak tidur, dan terutama nyaman dengan tubuh Anda sendiri.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com