Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terbanyak Perempuan PSK: Cerai Muda

Kompas.com - 06/03/2011, 09:05 WIB

Veven Sp Wardhana

Dikatakan cerai muda berarti nikahnya juga pada usia muda. Logika yang hendak ditebartegaskan adalah bahwa nikah muda mempunyai kontribusi signifikan terhadap banyaknya para perempuan pekerja seks komersial yang menghuni kompleks prostitusi. Macam itulah salah satu gambaran dalam buku ini saat menjelaskan karakteristik PSK.

Rata-rata menyatakan bahwa mereka pertama kali melangsungkan pernikahan pada usia 16 tahun. Akurasi angka usia masih bisa dipertanyakan mengingat kebiasaan masyarakat. Penulis buku ini—Endang R Sedyaningsih-Mamahit (sejak Oktober 2009 menjadi Menteri Kesehatan)—membeberkan bahwa para janda muda tersebut menduduki jumlah terbanyak sebagai penghuni kompleks. Semuda apakah perkawinan mereka?

Secara tersirat, Enny, panggilan karibnya, hendak menyatakan, pernikahan dini sangat rentan konflik tak teruraikan karena belum matangnya psikologi, mental, dan rohani pasangan sehingga perceraian menjadi menu cepat saji, secepat jalan keluar yang menyertainya—salah satunya: menjadi PSK.

Data perihal cerai (dari nikah) muda ini tak didapatkan dari panti rehabilitasi, semacam institusi yang ”membawahi” kompleks prostitusi, yang merupakan representasi dinas sosial, melainkan didapatkan sendiri oleh Enny dan timnya saat melakukan penelitian di kompleks Kramat Tunggak, Jakarta, tahun 1993.

Dunia PSK

Kramat Tunggak cumalah semacam ”maksiatur” (tak sebatas miniatur) bagi kompleks prostitusi sejenis di kawasan mana pun di negeri ini. Selain usia, karakteristik lain yang diperiksa juga menyangkut latar belakang sosiodemografik muasal PSK, motivasi menjadi PSK, sikap mereka terhadap kesehatan reproduksi, dan lain-lain. Muasal PSK berayahkan petani (54%), ibu petani (44%), ibu rumah tangga (30%), ayah pegawai negeri, pensiunan, atau tentara (4%).

Karakteristik PSK ditulis sedemikian rinci, serinci penulisan perihal karakteristik para germo atau ”orangtua asuh” (perempuan ataupun lelaki), manajemen germo, ragam rumah bordil dalam lingkungan kompleks, serta karakteristik tamu yang bertandang. Menyangkut motivasi menjadi PSK, setidaknya ada empat ragam: terpaksa karena keadaan, ikut arus, terdorong frustrasi, dan sekadar mencari nafkah—yang ujungnya membedakan sikap masing-masing dalam menghadapi masa depan.

Bagi yang terpaksa, kebanyakan memiliki target berapa lama mereka menghuni kompleks, sementara yang sekadar mencari nafkah lebih jelas lagi targetnya. Bagi yang ikut arus, target rata-ratanya bakal mendapatkan jodoh, sementara yang didorong frustrasi tak memiliki kejelasan target menjadi PSK.

Memang, kurang terjelaskan apakah perbedaan motivasi ini mempunyai korelasi dalam pemilihan ragam germo sekaligus jenis manajemen bordil, yang terdiri atas empat pola manajemen: paternalistik, kekeluargaan, santai (laissez-faire), dan murni bisnis.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com