Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Chairani Kalla: Pemalu dan Tidak Percaya Diri

Kompas.com - 14/03/2011, 08:49 WIB

”Lama membujuk bapak untuk mengizinkan saya kuliah ke sana. Kakak-kakak saya juga ikut membujuk bapak. Mereka kan sudah terjun ke bisnis, biar adiknya saja yang kuliah sesuai hobi. Akhirnya bapak mengasihani juga,” cerita Ade.

Empat tahun hidup di lingkungan yang asing membuatnya lebih mandiri. ”Karena tinggal sendiri, saya jadi lebih bertanggung jawab. Sebelumnya, karena saya bungsu, kayaknya apa-apa minta bantuan saudara atau orangtua.”

Hasilnya? ”Saya jadi lebih open minded. Tadinya saya pemalu banget, nggak percaya diri. Sebelum sekolah ke luar negeri, saya malu banget berinteraksi sama orang,” katanya.

Tekad menjadi lebih mandiri tak berhenti di bangku kuliah. Setelah tamat, Ade bekerja di perusahaan periklanan yang tak ada hubungannya dengan bisnis keluarga. Ia menampik bujukan untuk terlibat dalam bisnis keluarga. Padahal, ragam bisnis keluarga Kalla memberi banyak pilihan baginya, mulai dari perdagangan, konstruksi infrastruktur, bisnis penjualan mobil, sampai pembangkit listrik.

Di luar lingkungan keluarga, Ade merasa tidak diberi kemudahan. Ia membuktikan hal itu, misalnya, ketika beberapa presentasi usulannya pun sempat ditolak klien. Menghadapi klien, Ade berusaha tak menampakkan identitas sebagai putri Jusuf Kalla yang saat itu sedang menjabat wapres. Belakangan, identitasnya pun kerap ketahuan karena ke mana pun ia pergi, anggota pasukan pengamanan presiden selalu mengawal.

”Sebenarnya saya tidak merasa diberi kemudahan apa-apa. Malah kadang-kadang, yang bikin saya risi, orang-orang memakai nama saya untuk mempermudah mereka,” ungkapnya.

Ketika ibunya ingin mewujudkan impian lama untuk membangun rumah sakit khusus ibu dan anak, barulah Ade tak bisa mengelak. Semula, ia sebatas bertanggung jawab pada desain rumah sakit itu.

”Katanya, karena kuliah saya kan desain. Padahal, desain media jelas beda banget sama desain arsitektur dan interior rumah sakit yang juga ada standar terkait fungsinya,” ujarnya.

Ia menjawab tantangan itu dengan bekerja keras. Begitu seriusnya Ade, hingga ia jatuh hati kepada rumah sakit yang kelahirannya ia bidani itu. ”Ini seperti bayi saya. Setelah proyek pembangunan selesai, saya susah melepaskan dan akhirnya terjun ke manajemen,” ujarnya.

Kue dan calon suami

Ade punya banyak impian. Salah satunya, membuat toko kue bersama kawan-kawannya. Alasannya sederhana: ia sangat suka membuat kue. Karena kesukaan itu, ia memastikan kue buatannya sendiri turut dijual di toko yang tak termasuk bisnis keluarga itu. Spesialisasi buatan Ade adalah carrot cake dan aneka cup cake. Toko kue impian itu direncanakan sudah terwujud tahun ini.

Menjajaki pasar kue buatannya, Ade juga sudah menerima pesanan kue. Baginya, membuat kue adalah bisnis kecil-kecilan yang membahagiakan. ”Jadi, pagi-pagi saya bikin kue pesanan, terus baru berangkat ke kantor,” ujarnya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com