Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dari Semur Jengkol hingga Semur Cumi

Kompas.com - 14/03/2011, 18:20 WIB

KOMPAS.com — Dari suatu persilangan budaya antara Indonesia dan Eropa, lahirlah menu yang kita kenal dengan nama semur. Semur kemudian melekat menjadi tradisi bangsa Indonesia, dan menjadi menu favorit setiap keluarga Indonesia. Semur yang memiliki citarasa dominan berupa bawang merah, bawang putih, lada, pala, dan kecap manis, lalu menjadi semakin meriah dengan tambahan topping dan bumbu yang disesuaikan dengan selera masyarakat di berbagai wilayah di Nusantara.

Bahkan, seiring berjalannya waktu, semur juga dihidangkan sebagai jamuan istimewa dalam tradisi budaya tertentu. Masyarakat Betawi, misalnya, menjadikan semur sebagai salah satu menu yang selalu dihidangkan saat Lebaran dan acara perkawinan. Semur juga kerap muncul di acara-acara perhelatan seperti di Kalimantan dan Sumatera.

"Semur ada di berbagai daerah, dan rasanya macam-macam, yang diikat dengan suatu ritual. Orang Betawi pasti kecewa kalau Lebaran disuguhi pizza, misalnya. Semur sudah menjadi kenangan kolektif yang sulit digantikan," tutur ahli kajian budaya, Dr phil Lily Tjahjandari, saat talkshow bertema ”Semur, Turun-Temurun Menghangatkan Hati Keluarga Indonesia” di Restoran Warung Daun, Kebayoran Baru, Jakarta, Selasa (1/3/2011) lalu.

Pada saat merayakan Lebaran dan pernikahan Betawi, masyarakat Betawi biasa memasak semur kerbau. Budaya kebersamaan atau kolektif sangat tampak saat memotong kerbau andilan, yaitu kerbau yang dibeli bersama oleh beberapa warga dalam satu kampung. Setelah kerbau disembelih, daging kerbau juga diolah menjadi semur bersama-sama. Hal itu menggambarkan semangat gotong-royong dan solidaritas antarwarga yang perlu dilestarikan hingga saat ini.

Saat hari raya, semur kerbau yang bernuansa coklat pekat dan legit menjadi pendamping ketupat dan sayur nangka. Sedangkan sop kambing, tumis sayur, asinan, dan kerupuk disajikan saat acara pernikahan. 

 Selain semur daging dan semur tahu yang biasa menjadi lauk nasi uduk, masyarakat Betawi memiliki jenis semur yang khas yang tiada duanya, yaitu semur jengkol. Jengkol yang memiliki aroma khas tak sedap yang dijauhi sebagian orang, namun dicari-cari banyak orang yang lain. Nafas mungkin jadi berbau, tetapi siapa yang sanggup menolak manis-gurihnya semur jengkol ala Betawi?

Di berbagai daerah di Jawa, semur juga hadir dengan beragam variasi bumbu yang ditambahkan atau dikurangkan, sesuai selera masyarakat setempat. Bahan pelengkapnya pun tidak sekadar daging, tahu, atau telur, tetapi juga ikan. Di Purwokerto, misalnya, dikenal semur ikan. Lalu semur bandeng di Surabaya, semur telur burung puyuh di Jawa Tengah, juga semur tahu dan terung di Jawa Barat.

Betapa kreatif masyarakat di berbagai daerah dalam menyuguhkan semur. Di luar Jawa, bahan pelengkap semur semakin unik dan bervariasi. Di Manado dan Samarinda, semur disajikan dengan nasi kuning, dengan tambahan kentang dan abon cakalang rica. Di beberapa daerah, nasi kuning memang memiliki makna khusus sehingga hanya disajikan saat syukuran atau selamatan. Namun di kawasan Indonesia Timur, nasi kuning sudah menjadi makanan sehari-hari.

"Di sana, nasi kuning saroja sudah terkenal sebagai jajanan khas, dan biasa menjadi hidangan sarapan. Kalau di Samarinda, (nasi kuning dengan semur) biasanya dijajakan sudah dibungkus seperti nasi rames seperti di Manado," tutur Lily, yang juga Manajer Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia.

Selain semur manado dan semur goreng samarinda, masih ada lagi semur ternate (yang ditambahkan cuka), semur lidah dan otak sapi di Bali, semur daging di Aceh, dan semur santan di Maluku. Bahkan cumi, ayam, bayam, dan dadar pun, juga diolah menjadi semur.

Oleh karena itu, bila Anda kebetulan sedang berlibur atau ditugaskan di daerah lain di Indonesia, tak perlu khawatir sulit mencari hidangan yang cocok. Cari saja lauk semur! 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com