Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Akhiri Kerja dengan Elegan

Kompas.com - 15/03/2011, 09:43 WIB

KOMPAS.com - Hampir bisa dipastikan, semua orang masuk kerja dengan awal yang baik. Karena itu, saat mengundurkan diri lakukan dengan baik pula. Itulah yang diungkapkan psikolog Ita D. Asly. "Ada orang-orang yang karena merasa sudah tidak nyaman dengan lingkungan kerja kabur begitu saja. Ini harus dihindari oleh seorang pekerja profesional. Apapun alasannya, bagaimanapun kondisinya, apa yang sudah dimulai dengan baik, harus diakhiri dengan baik. Kalau ada masalah, selesaikan dulu secara profesional," paparnya.

Faktor pemicu
Pasti ada banyak faktor yang menyebabkan seseorang memutuskan berhenti dari suatu pekerjaan. Namun, menurut Ita, secara umum ada tiga hal yang menjadi pemicu munculnya hal tersebut, yaitu:

* Kemampuan
Biasanya seseorang memilih bekerja berdasarkan kemampuan dan pengalamannya. Namun jika pekerjaan yang dijalaninya ternyata melebihi kemampuannya, biasanya seseorang akan cenderung tertekan dan stres. Sebaliknya, jika tuntutan pekerjaan jauh di bawah kemampuan, kejenuhan akan datang. Ketidakselarasan antara kemampuan dan tantangan ini dapat membuat seseorang memilih mundur.

* Minat dan aktualisasi diri
Pekerjaan yang dilakukan dengan hati tentu hasilnya maksimal dan dapat dinikmati, bukan hanya dirinya, tapi juga orang lain. Karena itu, dalam bekerja dibutuhkan juga minat dan ketertarikan. Jika dua hal ini tidak ada sama sekali, tentu sulit mencapai hasil sesuai. Selain itu, dalam bekerja orang juga butuh aktualisasi diri. Jadi meskipun lingkungan kerja menyenangkan dan punya kemampuan, jika minat dan kesempatan mengaktualisasikan diri tidak ada, seseorang bisa memutuskan untuk berhenti bekerja.

* Lingkungan kerja
Inilah salah satu faktor penting dalam menentukan keberhasilan seseorang dalam bekerja. Lingkungan yang kondusif serta suportif dapat membuat orang nyaman sehingga kemampuan dalam bekerja dapat dikeluarkan secara maksimal. Kecocokan seseorang dengan lingkungan kerja sering menjadi alasan seseorang betah dan loyal pada suatu perusahaan. Lingkungan kerja ini bisa meliputi atasan, rekan kerja, bawahan, atau sistem yang diterapkan perusahaan. Lingkungan kerja yang tidak nyaman dan tidak dapat mengakomodasi kebutuhan akan menjadi alasan seseorang mencari tempat kerja lain. Misalkan atasan kurang mampu berkoordinasi atau perusahaan tidak mampu menghargai karyawan sesuai dengan kemampuannya.

Mempertaruhkan kredibilitas
Bila salah satu dari ketiga hal di atas tidak terpenuhi, tentu wajar ketika seseorang memutuskan untuk mengundurkan diri dari perusahaan. Yang menjadi masalah adalah jika alasan-alasan di atas dibumbui dengan konflik-konflik lain yang membuat karyawan ingin buru-buru pergi.

Namun, psikolog yang menjadi senior consultant di Iradat Konsultan ini menegaskan, apapun yang berhubungan dengan dunia kerja menuntut profesionalisme. Tidak hanya dalam hal kompetensi atau kemampuan, tapi juga kematangan bersikap (attitude). Sebagai orang dewasa dan pekerja profesional, kita memang dituntut untuk bisa mengendalikan sikap dan emosi.

"Emosional itu manusiawi. Tetapi perlu diingat juga bahwa masalah pekerjaan tidak boleh diselesaikan dan diputuskan dengan emosional, agar tidak ada penyesalan di kemudian hari," sarannya.

Keputusan yang diambil secara emosional berisiko merugikan diri sendiri. Contohnya begini: Bos mengatakan sesuatu yang membuat Anda tersinggung dan langsung memutuskan untuk mengundurkan diri. Saat itu, keputusan berhenti lebih dipicu emosi sehingga kemungkinan besar Anda belum memikirkan, apalagi mempersiapkan, langkah selanjutnya. Seringkali juga karyawan kesal dengan peraturan-peraturan baru perusahaan. Sebelum hal itu membuat Anda mundur, pikirkan dulu matang-matang. Jangan sampai membuat keputusan yang akan disesali nantinya.

Selesaikan konflik
Dalam dunia kerja tentu kemungkinan terjadi konflik sangat besar. Bisa jadi, konflik-konflik inilah yang akhirnya membuat seseorang tidak betah dan ingin berhenti dari pekerjaan. Sebelum mengambil keputusan final, cobalah melakukan mediasi dulu. Siapa tahu bisa ditemukan solusi terbaik. Mediasi ini bisa dilakukan oleh orang yang berkonflik langsung ataupun dengan perantara pihak manajemen perusahaan. Dengan adanya mediasi, diharapkan hubungan baik dengan perusahaan tetap terjaga. Siapa tahu suatu saat nanti kita akan berhubungan kembali dengan orang atau perusahaan tersebut.

Jika seseorang sudah terlanjur bersikap emosional, satu-satunya jalan untuk memperbaikinya adalah meminta maaf. Baik pada diri sendiri, kepada pihak yang bermasalah ataupun kepada rekan kerja yang ikut merasakan dampak dari konflik tersebut. Kebesaran hati untuk melakukan hal itu sangat diperlukan, karena jika tidak nama baik dan kredibilitas Anda akan menjadi taruhannya. Lingkungan kerja akan terus mengingat Anda sebagai orang yang emosional.

"Walaupun sulit, cara ini cukup elegan. Intinya, sebagai seseorang yang profesional, akhirilah masa kerja Anda di suatu perusahaan dengan kesan yang 'manis', apapun permasalahan yang telah terjadi. Jangan lupa, ikuti prosedur sebaik mungkin. Profesionalisme tidak hanya perlu diperlihatkan selama bekerja, tapi juga saat kita akan berhenti bekerja," tutupnya.

(Ajeng Pinto)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com