Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Empat Tahun Menderita Hidrosefalus

Kompas.com - 27/04/2011, 06:54 WIB

PAMEKASAN, KOMPAS.com — Halimatus Zahro, balita berumur tiga tahun warga Dusun Rok Korok, Desa Tarokan, Kecamatan Tlanakan, Pamekasan, Madura, Jawa Timur, tergeletak tak berdaya di atas ranjang kayu dengan berselimut kain seadanya.

Kepala bayi yang merupakan anak keenam dari pasangan Muhammad Kholil (50) dan Subaidah (42) ini membesar hingga berdiamter 15 sentimeter. Kata dokter, Zahro menderita hidrosefalus (akumulasi abnormal cairan cerebrospinal di dalam otak).

Subaidah, ibu Zahro, menceritakan, anaknya lahir dalam keadaan normal layaknya kelima anaknya yang lain. Namun, ketika sudah berusia empat bulan, ia menderita demam tinggi. "Setiap hari Zahro terus-terusan menangis dengan kondisi demam tinggi," kata Subaidah, Selasa (26/04/2011).

Dengan berbekal uang seadanya, Subaidah membawa anaknya ke bidan setempat. Kata bidan kepada Subaidah, Zahro hanya menderita demam biasa. Beberapa hari kemudian, demam Zahro bukan tambah turun. Kepalanya mulai membengkak. Di bagian tengahnya timbul garis seperti irisan.

Di samping itu, pusarnya juga mengalami pembengkakan. "Saya sudah tidak punya biaya untuk dibawa ke dokter. Sehari-harinya saja Zahro juga membutuhkan perawatan. Akhirnya saya rawat seadanya di rumah," kata Subaidah.

Dari hari ke hari, kepala Zahro terus membesar. Begitu pula dengan pusarnya. Kondisi itu sudah mengundang pesimisme bagi kedua orangtuanya. Menurut Muhammad Kholil, ayah Zahro, pengobatan yang diberikan kepada anaknya bukan hanya melalui medis, pengobatan tradisional juga diberikan.

"Kami bukan putus asa, tapi pilihan kami pasrah kepada Tuhan," kata Muhammad Kholil.

Suara tangisan Zahro, kepalanya membesar, pusarnya juga membesar, tubuhnya kecil, sudah menjadi pemandangan sehari-hari kehidupan keluarga ini. Tidak adanya biaya sangat beralasan bagi keluarga ini. Keenam anaknya yang lain juga membutuhkan biaya hidup dan biaya pendidikan.

Keenam anak itu masing-masing Musyarofatul Muhlisah (23), Abdul Hamid (19), Ahmad Baburrizal (16), Lailatul Munawarah (14), Rizqi Subrianto (7), dan Desi Nurul Qomaria (2). Di samping Zahro, Musyarofatul Muhlisah anak pertama keluarga ini juga menderita sakit tumor kelenjar di leher kanan dan kirinya.

Sepuluh hari Musyarofa dirawat di rumah sakit daerah setempat, dengan biaya gratis dari pemerintah. Namun, keluarga ini masih juga merasa berat karena mondar-mandir perjalanan ke rumah sakit juga membutuhkan biaya. Namun, nyawa Musyarofa juga tidak tertolong. Pada Kamis (21/4/2011) gadis yang tinggal menunggu untuk diwisuda di salah satu perguruan tinggi di Pamekasan ini meninggal dunia.

Tempat tinggal yang dihuni keluarga Muhammad Kholil jauh lebih memprihatinkan. Rumah kayu berukuran 6 x 4 meter dengan dua kamar dihuni sembilan orang. Sedihnya lagi, kamar yang satunya suda ambruk diterjang angin. Sinar mentari masuk ke dalam kamar melalui bolong-bolong kamar rumah ini. Rizqi Subrianto, anak kelima keluarga ini, mengaku, kalau malam hari memilih tidur di tempat pengajiannya.

"Kalau di rumah kan temannya sedikit dan tempatnya tidak ada," tuturnya polos.

Ditanya harapannya, Muhammad Kholil tegas mengatakan, masa depan anak-anaknya justru yang dikedepankan. "Saya ingin anak saya dapat melanjutkan pendidikannya. Saya yakin jika mereka memiliki ilmu, derajatnya akan ditinggikan oleh Tuhan," katanya penuh harap. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com