Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cuaca Ekstrem, Diare dan DB Meningkat

Kompas.com - 29/04/2011, 22:16 WIB

MADIUN, KOMPAS.com — Jumlah penderita penyakit diare dan demam berdarah mulai mengalami peningkatan bersamaan dengan datangnya cuaca ekstrem dan musim hujan berkepanjangan. Peningkatan jumlah penderita tidak menutup kemungkinan akan terus terjadi apabila musim masih seperti ini dan masyarakat tidak mengubah perilaku menuju pola hidup sehat.

Data di Rumah Sakit Umum Daerah Caruban, Kabupaten Madiun, menunjukkan jumlah penderita terus bertambah setiap bulan. Sedihnya, sasaran serangan adalah anak-anak dengan usia di bawah 12 tahun. Sebagai gambaran, pada bulan April 2011, pasien diare tercatat sebanyak 22 orang atau naik dibandingkan jumlah pasien pada bulan Maret yang berjumlah 18 orang. Adapun selama 2010, total pasien anak-anak yang menderita diare mencapai 629 orang.

Bisa dikatakan rata-rata hampir setiap hari sedikitnya 2-3 pasien dengan penyakit diare dibawa ke rumah sakit. Pasien yang masuk dengan kondisi dehidrasi berat. Itu belum termasuk jumlah pasien diare dalam tingkat ringan yang diobati di puskesmas.

Humas RSUD Caruban Munirul Huda mengatakan, selain diare, penderita penyakit demam berdarah juga mengalami kenaikan secara signifikan. Sebagai gambaran, pada bulan Febuari 2011, jumlah penderita demam berdarah (DB) yang dirawat mencapai 22 orang. Jumlah tersebut mengalami kenaikan dibandingkan bulan Januari sebanyak 16 orang.

Adapun jumlah penderita demam berdarah selama 2010 mencapai 502 orang. "Jika dirata-rata, setiap bulan sedikitnya 41 pasien atau hampir setiap hari ada pasien yang dirawat inap. Ini yang positif, kalau yang suspect lebih banyak," ujarnya, Jumat (29/4/2011) di Madiun.

Kepala Unit Perawatan Anak RSUD Caruban Bagyo Setiawan menambahkan bahwa rata-rata pasien yang dirawat berusia 9 bulan hingga 12 tahun. Berdasarkan domisilinya, kebanyakan mereka berasal dari Kabupaten Madiun, meskipun pasien luar kota, seperti Kabupaten Nganjuk dan Bojonegoro, juga ada.

Sementara itu, Munirul Huda yang juga pengajar di sejumlah Akademi Perawat dan Akademi Kebidanan di wilayah Madiun dan sekitarnya ini menuturkan bahwa peningkatan jumlah penderita diare dan demam berdarah disebabkan oleh cuaca ekstrem dan musim hujan berkepanjangan. Sebagaimana diketahui, hujan mengguyur sepanjang 2010 dan bertahan hingga awal 2011 ini.

Hujan terus-menerus memicu kelembaban tinggi. Pada lingkungan yang tidak bersih, kelembaban ini menarik datangnya lalat. Lalat-lalat yang hinggap di makanan meninggalkan bakteri yang dibawa dari kotoran. Apabila dikonsumsi, maka makanan ini dapat menyebabkan gangguan pencernaan berupa diare.

"Di sisi lain, hujan yang terus-menerus menyebabkan munculnya genangan air di sejumlah tempat di lingkungan kita. Genangan air ini menjadi media bagi tumbuh kembangnya nyamuk Aedes aegypti penyebab penyakit demam berdarah," katanya.

RSUD Caruban, lanjut Munirul, menerima pasien yang dirujuk dari puskesmas dan yang langsung dari rumah. Kondisinya beragam, sesuai dengan tingkat kegawatan pasien. Oleh karena itu, tindakan penanganan terhadap pasien pun harus disesuaikan dengan kondisi mereka.

Secara prinsip, yang patut diperhatikan dalam menangani penderita demam berdarah dan diare adalah menjaga supaya pasien tidak mengalami dehidrasi atau kekurangan cairan sebab bisa berakibat fatal. Setelah itu, baru dilakukan pengobatan terhadap pasien, salah satunya dengan memberikan antibiotik.

Namun, pengobatan saja tidak cukup untuk menanggulangi merebaknya penyakit demam berdarah dan diare. Oleh karena itu, berawal dari keluarga pasien, pihak rumah sakit memberikan penyuluhan tentang pentingnya menjaga kebersihan diri dan lingkungan sekitar. Kuncinya adalah menerapkan pola hidup bersih dan sehat.

"Contoh yang paling sederhana adalah membiasakan mencuci tangan setiap kali usai beraktivitas dan setiap kali akan menyentuh makanan. Adapun untuk mencegah demam berdarah, biasakan diri membersihkan lingkungan sekitar, seperti menguras bak mandi, mengubur barang bekas, dan menutup tempat penampungan air," ucapnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com