Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Nadira: "Madura Itu Bukan Garam Doang"

Kompas.com - 13/06/2011, 09:32 WIB

Lingkungan kerja dan pergaulan di Jakarta tidak mengubahnya. Dia tetaplah perempuan yang secara kultur berakar pada tradisi Madura. Dia berbicara bahasa Madura dengan dua anaknya dan mendidik mereka dengan pendidikan agama.

”Herannya, banyak orang enggak percaya kalau saya orang Madura. Mungkin saya orang Madura dalam perspektif lain, ha-ha-ha,” ucap perempuan yang tutur katanya tegas dan lincah itu, bahkan terkadang blak-blakan....

Dia menambahkan, banyak orang telanjur termakan stereotip tentang orang Madura. ”Nah, saya malah menjawabnya dengan bercandaan khas Madura. Lalu, sedikit-sedikit saya ceritakan bagaimana budaya Madura yang sebenarnya.”

”Kalau saya pulang kampung ke Sumenep atau Pamekasan, saya bawakan batik dan jamu madura. Saya juga ceritakan pantai-pantai indah di sana. Pokoknya, saya puaskan rasa ingin tahu mereka tentang Madura. Madura itu bukan garam doang,” tambahnya.

Dukungan
Malam terus bergulir, obrolan pun beralih dari sekadar lelucon ke hal-hal yang lebih serius, seperti soal karier dan prinsip hidup seorang Ira. Dia mengaku orang yang sangat beruntung karena pekerjaannya sebagai PR memungkinkan dia terlibat dalam banyak kegiatan sosial. ”Saya bisa terlibat dalam kerja-kerja besar yang jika tanpa didukung banyak pihak pasti harus pakai extra-efforts.”

Dengan posisinya sekarang, lanjut Ira, dia dan tim XL bisa terlibat dalam membantu program rehabilitasi pertanian di kawasan Merapi yang hancur akibat letusan. Bersama timnya Ira berharap mampu merehabilitasi perkebunan salak pondoh yang selama ini menjadi tumpuan hidup para petani di lereng Merapi.

Ira juga ikut sibuk dalam kegiatan kliping massal #koinsastra 22 Mei 2011 di Pusat Dokumentasi Sastra HB Jassin, Taman Ismail Marzuki (TIM) Jakarta. Tak hanya tenaga, Ira seolah melapangkan jalur bagi para aktivis #koinsastra untuk mengakses dana bagi penyelamatan PDS HB Jassin.

Karena pekerjaannya juga bersinggungan dengan program sosial, Ira mengaku selalu melakukannya dengan hati. ”Saya ingin pekerjaan saya bermanfaat bagi orang lain, sebab itulah sebenarnya kepuasan terbesar kita sebagai manusia.” Pekerjaan dan perusahaan memberi fasilitas. ”Kita melakukan semuanya dengan hati,” kata Ira.

Obrolan kami tambah serius dan dalam. Dan, itu membuat kami lelah. Ketika itulah Ira mencairkan suasana dengan lelucon khas Madura. Kali ini soal tukang becak dan penumpangnya.

Bagaimana kisahnya? Tanya saja kepada Ira. Dijamin Anda tertawa. Kami terbahak kembali seperti sekumpulan sahabat yang sudah lama saling mengenal....

* Nama: Febriati Nadira
* Lahir: Situbondo, 18 Februari 1975
* Pendidikan: Universitas Wijaya Kusuma Surabaya
* Karier:
- Head of Corporate Communications PT XL Axiata (2009-sekarang)
- Manager Public Relations PT XL Axiata (2007-2009)
- Corporate Communications PT Telkomsel (1995-2007)
* Pencapaian:
- Top 10 Indonesia Young Woman Future Business Leader 2010 – SWA Magazine
- The Winner of Young Caring Professional Award 2010 – Caring Colours, Martha Tilaar
- Top 5 Indonesia PR People 2010 – MIX Magazine
- 2nd Winner of Marketing Dream Team Champions 2010 (XL Team) – SWA Magazine, MarkPlus & Indonesia Marketing Association (IMA)

(Budi Suwarna/Putu Fajar Arcana)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com