Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bayi Tabung Menjadi Pilihan Pertama

Kompas.com - 19/06/2011, 09:52 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Teknologi reproduksi terbaru yang dikenal dengan bayi tabung dahulu sering dipandang sebagai pilihan terakhir bagi sejumlah pasangan suami isteri yang ingin segera mendapatkan buah hati. Padahal dengan indikasi yang nyata, tidak ada alasan bagi pasangan suami isteri yang punya masalah untuk menunda-nunda program bayi tabung.

"Pada saat ini pasangan dengan alasan yang nyata, bayi tabung dapat langsung menjadi pilihan pertama jika masalah yang didapat cukup berat," ujar dr. Sudirmanto, SpOG - KFER, Rumah Sakit Anak dan Bunda Harapan Kita, saat seminar awam "Harapan Baru Untuk Mendapatkan Buah Hati", Sabtu, (18/6/2011).

Selain bayi tabung, ada beberapa pilihan terapi, baik itu secara alamiah, obat-obatan, operasi dan inseminasi (memasukan sperma suami langsung kedalam rahim).

Menurut Sudirmanto, situasi pada wanita yang misalnya mengalami permasalahan kerusakan atau penyumbatan saluran indung telur (kiri kanan) dan sulit untuk diperbaiki kembali melalui operasi sebaiknya segera melakukan program bayi tabung. Begitu juga, pada pria dengan kualitas sperma yang sangat jelek atau dengan sperma yang tidak ada sama sekali atau biasa disebut azospermia, yang tidak mungkin bisa sembuh sekalipun dengan mengonsumsi obat-obatan.

"Pada keadaan demikian sebaiknya langsung saja deh ikut bayi tabung, nggak usah tunda-tunda," tegasnya.

Sudirmanto memaparkan, ada hal-hal lain yang juga dapat menjadi pertimbangan kapan seharusnya seorang pasangan mengikuti bayi tabung.

Pertama, saat dijumpai endometriosis derajat sedang samapai derajat berat yang sudah dioperasi dan diberikan obat-obatan akan tetapi belum berhasil hamil dalam waktu 6-12 bulan.

Kedua, saat dijumpai gangguan kesuburan yang tidak dapat ditentukan penyebabnya dan telah diobati beberapa kali dengan obat-obatan pemicu indung telur dan 3-4 kali inseminasi sperma ke dalam rahim namun juga tidak menghasilkan kehamilan.

Ketiga, saat dijumpai gangguan kesuburan pada wanita usia reproduksi lanjut (37 tahun) dan kegagalan inseminasi sperma ke dalam rahim yang berulang.

Keempat, saat dijumpai adanya gangguan kesuburan karena adanya masalah imunologi.

Kelima, saat dijumpai adanya gangguan kesuburan pada suami dan istri secara bersamaan.

Untuk mengetahui perlu tidaknya dilakukan program bayi tabung, Sudirmanto mengatakan, bahwa keputusan tetap berada di tangan dokter. Apabila indikasinya sudah nyata dan jelas, biasanya pasien akan diarahkan untuk mengikuti program bayi tabung.

Namun mengingat biaya yang dikeluarkan tidak sedikit, belum lagi tidak ada jaminan 100 persen kepastian keberhasilan untuk mendapatkan buah hati pascamelakukan bayi tabung, membuat sebagian pasangan masih berpikir ulang untuk melakukannya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com