Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Busana Muslim Layak Jadi Duta

Kompas.com - 08/08/2011, 13:27 WIB

KOMPAS.com - Indonesia tercatat sebagai negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia. Atas dasar inilah, Indonesia dinilai berpotensi menjadi kiblat busana muslim dunia. Berbagai kegiatan pun dilakukan untuk menonjolkan potensi dan talenta bidang fashion dan industri busana muslim. Tujuannya, menjadikan busana muslim Indonesia sebagai tuan rumah di negeri sendiri sekaligus duta bangsa.

"Banyak pekerjaan rumah yang harus dilakukan. Namun saya yakin pada 2020 nanti, Indonesia bisa menjadi kiblat busana muslim dunia," jelas Eka Shanty, Chairman Indonesia Islamic Fashion Consortium (IIFC) kepada sejumlah media di Jakarta, beberapa waktu lalu.

Bukan hanya Ramadhan
Busana muslim semestinya mendapat ruang di berbagai pusat perbelanjaan, bukan hanya banyak tersedia dan marak saat Ramadhan, kata Eka. Dengan begitu, busana muslim punya tempat di negeri dengan populasi muslim terbesar di dunia.

Menurut Eka, berbagai kegiatan yang mengangkat fashion busana muslim semakin marak sejak 2008 silam. Apalagi didukung desainer busana muslim di Indonesia yang berpontensi dan bertalenta.

Kreativitas dan rancangan busana muslim di Indonesia juga lebih kaya. Selera busana muslim Indonesia lebih bisa diterima berbagai kalangan. Desainer muda khusus busana muslim, Dian Pelangi, mengakui busana muslim di Indonesia lebih netral.

"Namun sayang, busana muslim belum menjadi tuan rumah di negeri sendiri. Busana muslim belum mendapatkan dukungan penuh, terutama dalam menguatkan industrinya. Padahal, busana muslim Indonesia tak kalah. Pasarnya juga melimpah. Bukan hanya di Indonesia, namun juga dunia. Negara Timur Tengah lebih sadar fashion, dan mereka membutuhkan fashion busana muslim. Mesir juga mulai sadar fashion, namun selera mereka belum terbangun. Sementara Indonesia, rancangan busana muslimnya semakin beragam, dan lebih netral," jelas Dian di Bandung beberapa waktu lalu.

Potensi besar
Eka berpendapat, busana muslim perlu dikembangkan karena punya peluang besar. Mengembangkan busana muslim tak bisa lagi secara parsial, namun perlu didorong dalam format yang lebih berdampak global.

"Bisnis fashion busana muslim bukan hanya akan menjadi tuan rumah di negeri sendiri, namun juga bisa memenuhi kebutuhan global. Seluruh negara anggota OKI merupakan potensi pasar yang besar. Saat ini, busana muslim dari Indonesia hanya diekspor untuk memenuhi 11 dari 57 negara anggota OKI," jelas Eka.

Industri busana muslim selama ini masih berjalan sendiri-sendiri. Karenanya perlu cara yang lebih tepat untuk menampung semua kebutuhan, permintaan, dan menguatkan perancang busana muslim di Indonesia agar lebih solid lagi, kata Eka.

Potensi besar dari busana muslim juga bisa dilihat dari rancangan dan para perancangnya. "Perancang busana muslim Indonesia punya kelebihan. Mereka adalah juga pengguna busana muslim. Para perancang adalah muslim taat yang merancang busana muslim. Karenanya, rancangan busana muslim dari Indonesia tak asal-asalan, memenuhi kaidah karena memang dibuat oleh perancang yang memahami pakem," tuturnya.

Mempromosikan Indonesia
Menurut Eka, busana muslim sudah waktunya mendapat perhatian lebih dari banyak pihak. Perlu ada kerjasama, mulai pemerintah, desainer, UKM, pusat perbelanjaan, pihak swasta, untuk mengangkat industri busana muslim Indonesia agar mendunia.

"Busana muslim di Indonesia mampu menjadi duta besar untuk mempromosikan semua produk Indonesia. Busana muslim buatan Indonesia perlu mendapatkan perhatian lebih. Jangan hanya jago kandang. Busana muslim merupakan cara mudah mempromosikan Indonesia," jelas Eka yang menyebutkan 12 kementerian sudah menyatakan dukungannya untuk terlibat dalam IIFC guna memajukan busana muslim Indonesia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com